Kue Lebaran Favorit, Haruskah Dikonsumsi Saat Lebaran?
Lebaran tinggal sehari lagi. Persiapan telah dilakukan dari beberapa waktu lalu bagi mereka yang pulang ke kampung halaman. Bagi yang tidak mudik, mungkin masih bisa membuat kue-kue kering untuk menyambut lebaran.
Lebaran identik dengan berbagai macam sajian kue-kue kering, mulai dari biskuit kalengan, nastar, kastengels, semprit, putri salju, dan lainnya. Atau aneka macam keripik seperti keripik pisang, gadung, singkong, dan gayam. Ada juga sebagian masyarakat yang menganggap sajian lebaran belum lengkap bila belum ada keripik belinjo dan kacang goreng, makanya dua bahan tersebut harganya melangit saat lebaran.
Bagi yang mampu, sah-sah saja, sih, menyediakan berbagai macam sajian. Momen setahun sekali, saat kumpul bersama keluarga, sudah selayaknya kalau menyediakan hidangan yang istimewa. Namun, bagi yang kurang beruntung, nggak perlu juga susah-susah menyiapkan semua. Seadanya saja.
Lebaran nggak harus menguras isi dompet, kok. Nggak perlu tampil beda dan menyajikan hidangan istimewa. Terpenting bagi kita adalah saling memaafkan, saling mengunjungi, dan saling mengerti.
Toh, kita bisa merasakan kue-kue lebaran di rumah kerabat atau tetangga lain. Mereka pasti juga menyediakan kue-kue tersebut untuk tamu. Jadi, sekalipun di rumah nggak ada kastengels atau nastar nggak usah sedih, kita cicipin saja punya tetangga, hihi.
Yang menarik, dari bermacam-macam kue kering yang disajikan saat lebaran, apakah kue tersebut memang hanya disediakan saat lebaran saja? Apakah hari sebelum lebaran tidak bisa dikonsumsi lebih dulu? Sebenarnya, apa sih maksudnya kue lebaran?
Sebab. terkadang ada yang sudah susah-susah membuat kue lebaran, mau makan sedikit saja sayang, menunggu nanti kalau pas lebaran. Ada juga yang sudah beli dua minggu sebelumnya, sayang juga untuk membukanya sebelum lebaran. Apakah harus menunggu salat Ied dulu? Atau menunggu acara sungkeman dulu?
Kalau kami, sih, ketika mampu membeli kue lebaran, mau makan ya makan saja. Kalau habis ya beli lagi, kalau sudah nggak ada uang lagi untuk beli kue lebaran ya nggak usah beli. Lebaran nggak ada kue? Santai saja.
Kue-kue itu memang adanya hanya menjelang lebaran. Diproduksi banyak untuk kebutuhan lebaran. Namun, bukan berarti makannya menunggu lebaran, 'kan?
Justru pas lebaran, di rumah orang-orang banyak menyediakan, banyak macam dan pendamping lainnya. Kita datang ke sana-sana kemungkinan besar juga ketemu kue yang itu-itu. Bahkan, saat disajikan, kadang kita malah nggak mencicipi, pilih hidangan lain yang aneh atau jadul dan khas yang belum kita temui di rumah orang lain.
Kue-kue lebaran itu pasti nanti habisnya setelah lebaran, yang menghabiskan belum tentu tamu, bisa jadi kita sendiri, 'kan? Nah, kenapa sebelum lebaran tidak disajikan lebih dulu saja?
Bisa jadi karena kita ingin terlihat lebaran lebih istimewa. Dengan adanya bermacam sajian, orang akan melihat kita lebih. Tapi, apakah itu merupakan makna lebaran?
Namanya kue lebaran pastinya akan ada saat lebaran, 'kan? Tapi bukan berarti sebelum lebaran tidak boleh disajikan, 'kan? Jadi, kalau ada kue lebaran favorit yang dimakan sebelum lebaran, apakah bisa disebut kue lebaran juga?
Seperti ilustrasi gambar di atas, dua minggu sebelum puasa kami sudah membelinya. Habis dimakan seminggu kemudian. Apakah namanya juga kue lebaran? Padahal, kue itu hanya ditemui menjelang lebaran saja.