Muhammad Maula Aqillah
Muhammad Maula Aqillah Mahasiswa

Hello, disini aku ingin belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Manjakan Lidah dengan Santapan Menarik Untuk Berbuka Puasa di PUSDAI Bandung

28 Maret 2024   01:26 Diperbarui: 28 Maret 2024   01:41 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manjakan Lidah dengan Santapan Menarik Untuk Berbuka Puasa di PUSDAI Bandung
Dok. Pri

Bulan Ramadan selalu menjadi momen yang dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Saat menjelang berbuka, ada kegembiraan tersendiri yang terasa berbeda di tengah-tengah kewajiban menjalankan ibadah puasa. Berburu takjil saat ngabuburit merupakan salah satu kegiatan yang menarik banyak orang. Tidak hanya mencari makanan dan minuman untuk melepaskan dahaga, fenomena ini juga menjadi saat-saat di mana orang berbagi kebahagiaan dan kebersamaan satu sama lain.

Kota Bandung terkenal dengan destinasi kulinernya yang banyak tersebar di berbagai tempat, terlebih lagi jika Bulan Ramadan tiba. Pada hari Selasa (26/03/2024) kemarin, Aku menjelajahi salah satu destinasi favorit untuk berburu takjil di Bandung bersama teman-teman kelasku yang terletak di Pusat Dakwah Islam (PUSDAI). 

Pengalaman mencari takjil saat ngabuburit di Pusdai Bandung menjadi semakin seru dan berkesan. Atmosfer ramai dan penuh semangat menyambut waktu berbuka puasa terasa begitu kental di sini. Para pengunjung dari semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa dapat menikmati berbagai macam takjil yang disajikan para pedagang di sepanjang jalan PUSDAI. 

Berburu takjil di Pusdai Bandung menjadi lebih istimewa karena berbagai macam takjil yang ditawarkan oleh para pedagang. Setiap tahun, berbagai jenis takjil baru dibuat, menambah keceriaan dan keunikan dalam pengalaman berburu takjil.  Terdapat berbagai macam kuliner dari berbagai negara disana, mulai dari Corndog, Wonton,dan makanan yang baru-baru ini viral yaitu Gohyong dan Milkbun. Para pengunjung sampai rela mengantri demi mencoba menikmati takjil itu. Kehadiran berbagai macam takjil dari mancanegara itu menambah warna pada proses berbelanja takjil di sini.

Dok. Pri
Dok. Pri
Tetapi pada akhirnya Aku tidak membeli apapun yang sudah aku sebutkan diatas, ternyata Aku malah tertarik pada jajanan tradisional khas Sunda yaitu Cimol. Karena memang sudah lama Aku mencari jajanan itu dan belum menemukannya. Cimol sendiri merupakan singkatan dari "aci digemol", yang mengacu pada bahan utama pembuatannya, yaitu tepung aci atau tepung kanji. Keunikan takjil cimol terletak pada teksturnya yang kenyal dan renyah di luar, namun lembut di dalam. 

Rasa gurih dari bumbu-bumbu rempah yang meresap membuat takjil ini memiliki cita rasa yang khas dan menggugah selera. Takjil cimol ini disajikan dengan taburan bahan tambahan berbumbu kering untuk menambah cita rasa dan kelezatan. Jajanan pertama yang saya beli ini dibandrol dengan harga yang sangat terjangkau, cukup dengan harga 5 ribu rupiah saja.

Akupun menanyakan beberapa pertanyaan kepada pedagang yang ramah itu. Setelah berbincang, pedagang itu menceritakan sedikit sejarahnya berjualan cimol. Sebelum bulan Ramadan tiba, Ia berjualan di sekitar Taman Lansia dan Museum Geologi. Dan pada kesempatan Ramadan kali ini, Ia berjualan jajanan ringan dan terjangkau ini setiap hari di PUSDAI. Hal yang membuat saya terkesan dari cerita pedagang cimol itu adalah ternyata Ia sudah berjualan cimol sejak 10 tahun lalu.

Dok. Pri
Dok. Pri

Setelah membeli cimol, akupun mencari takjil lainnya. Kali ini, Aku akan mencari takjil yang cukup berat untuk mengenyangkan perutku. Pilihan itu jatuh kepada Batagor Tenggiri. Sama seperti cimol, batagor ini terlihat legit dan menggiurkan. Tetapi hal yang membuat berbeda dari cimol ini adalah pedagang batagor tenggiri ini hanya berjualan saat momen-momen tertentu, seperti bulan Ramadan ini. Walaupun begitu, pengunjung banyak yang mengantri dan ingin mencoba takjil tersebut. 

Batagor ini dibandrol dengan harga 20 ribu rupiah/mangkuk. Hal ini cukup membuat saya kaget karena biasanya aku hanya mengeluarkan 10-15 ribu ketika membeli batagor. Tetapi kebingungan itu terbayar karena ketika saat aku mencicipinya, rasanya memang sepadan dengan harga jual yang ditawarkan. Batagor ini menjadi salah satu batagor ter-enak yang pernah aku coba.

Dok. Pri
Dok. Pri

Setelah puas membeli kedua jajanan itu, rasanya belum lengkap kalau belum membeli minuman manis. Bersamaan dengan itu, mataku tertuju pada satu jajanan yang dari jauh sudah terlihat sangat ramai dikunjungi. Banyak sekali yang mengantri, bahkan sepertinya takjil inilah yang paling banyak pengunjung rela untuk menunggu. Ketika aku sudah mendekati jajanan minuman itu, akhirnya terlihat banner yang terpampang yaitu Es Teler Viral dan Es Jelly. 

Rasa penasaran karena melihat banyaknya pengunjung yang mengantri, Akupun akhirnya ikut mengantri untuk mencoba takjil manis itu. Aku bertanya-tanya mengapa orang-orang rela menghabiskan waktu ngabuburitnya dengan mengantri minuman ini. Membutuhkan waktu sekitar 12 menit sampai akhirnya pesananku disajikan. Aku memilih minuman Es Teler, karena minuman itu yang paling menggugah selera. Pedagang minuman ini berasal dari satu keluarga yang berasal dari Kota Bandung juga.

Minuman ini bisa dibilang cukup terjangkau untuk seukuran cupnya, yaitu seharga 15 ribu rupiah saja. Kenapa demikian? Karena saat saya melihat bahan-bahan minuman itu dituangkan khususnya cream cheesenyamereka tidak sungkan untuk menuangkannya dengan sangat banyak. Bahkan mereka tidak menambahkan air lagi, cukup es batu yang banyak, cream cheese melimpah, dan jelly khas es teler.

Dok. Pri
Dok. Pri

Tak terasa, waktu adzan maghrib pun hampir tiba. Aku berkumpul dengan teman-teman kelasku untuk menyantap takjil yang sudah kami beli masing-masing di pelataran tangga di dalam kawasan Masjid PUSDAI.  Ketika adzan berkumandang, kami membuat sebuah lingkaran dan siap menyantap takjil yang sudah kami buru. 

Pertama, Aku sangat penasaran dengan minuman viral yang Aku beli, tak lain tak bukan yaitu Es Teler.  Ternyata, rasa penasaran itu terbayar ketika pertama kali menyantapnya. Tak heran mengapa orang-orang rela mengantri, karena ternyata rasa es teler itu diluar ekspektasiku. Apalagi cream cheese yang melimpah itu sangat lezat karena tidak terlalu manis tapi rasanya jarang Aku temukan sebelumnya. 

Selanjutnya, Aku mencoba cimol yang sudah lama tak Aku temukan itu. Setelah Aku mencicipinya, rasanya seperti nostalgia karena rasanya sama seperti cimol yang sering Aku beli disaat kecil. Aku cukup terkesan dengan takjil satu ini. Aku melanjutkan mencoba santapan terakhir yang Aku beli di PUSDAI, yaitu batagor tenggiri. Sama seperti kedua takjil sebelumnya, aku sangat terkesan dengan rasanya. Batagor ini sama seperti kelihatannya yang legit, ikan tenggirinya sangat terasa dan bumbu kacangnya sangat pas di lidah. 

Secara keseluruhan, pengalaman berburu takjil di PUSDAI Bandung cukup menyenangkan karena pada bulan Ramadan ini Aku sangat jarang menghabiskan waktu untuk ngabuburit di sore hari. Selain karena semua takjil yang Aku beli memuaskan, suasana ngabuburit bersama teman-teman menjadi pengalaman yang akan menjadi hal yang tak terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun