D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Penulis

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Hikmah Ramadan, "Kisah dari Rumah Mewah (Mepet Sawah)" - Etika Bisnis

15 April 2023   13:38 Diperbarui: 22 April 2023   09:40 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hikmah Ramadan, "Kisah dari Rumah Mewah (Mepet Sawah)" - Etika Bisnis
Kisah cerita dari tempat ini, sebuah rumah mepet sawah, photograpy oleh D.Wibhyanto / penulis. / dokumen pribadi.

Akan tetapi, peristiwa itu pun terjadi. Belum genap seminggu soal janji diberi rumah dan dibelikan mobil baru, dan itu belum terwujud, tiba-tiba entah sebab apa kawan bisnisnya itu berubah sikap 180 derajat.

Pak Rejeb ditinggalkan begitu saja, diputus hubungan oleh partner bisnisnya itu. Tanpa komunikasi yang sehat. Tentu saja Pak Rejeb bingung. Ia bahkan dituduh telah mengkorupsi selama pelaksanaan proyek-proyek. Desas desus itu dia dengar dari para buruh tani di proyeknya itu.

Pak Rejeb termangu. Hatinya masgul. Dia syock. Sebab sejak saat itu, kawan bisnisnya itu menjauhinya, membawa semua aset proyek; dan bahkan dia mulai sulit ditemui. Orang itu selalu menghindar ketika Pak Rejeb meminta untuk bertemu, dan meminta penjelasan pada apa yang terjadi. Namun itu sia sia. Pak Rejeb juga berusaha meminta uang jasa atas kerja kerasnya berpartner selama ini. 

"Hingga sekarang, saya tidak paham mengapa dia memperlakukan saya begitu", kata Pak Rejeb kepadaku. Ia menarik napas dalam dalam.

Bisa dibayangkan, lanjut ceritanya lagi. "Saya hilang harapan dan penghasilan. Ekonomi keluarga saya terpuruk. Mawut. Saya jual rumah warisan kami lalu pindah dan tinggal di gubug sederhana di desa lain. Saya sulit menyekolahkan kedelapan anak-anak saya. Saya hanya pasrah kepada Tuhan..". Ia menarik napas dalam-dalam.

***

Dan begitulah kenyataan dalam orang berusaha mencari nafkah. Ada mungkin di antara kita yang suka menang sendiri, memanfaatkan kawan sendiri, atau menyerobot rejeki rekan sendiri, memeras tenaga dan pikirannya dan meninggalkannya begitu saja setelah tahu bahwa rekan bisnisnya itu tak bisa  diperas lagi tenaga, waktu, uang dan pikirannya. Ibarat kata habis manis sepah dibuang! Tak ada belas kasihan sama sekali. Lupa pada sejarah bahwa usaha itu pernah dirintis dari nol, bersama-sama, dalam suka maupun duka. Begitu usaha tampak berhasil, salah satu partner menendang jauh kawan sendiri. Tak ada etika di bisnis semacam itu.

Ada juga mungkin di antara kita, ada orang yang suka mengalah dan tidak bersedia gontok-gontokan. Tak mau rebutan harta atas usaha bersama itu. Mungkin karena dia memang orang lembek, hatinya tidak tegaan, atau karena dia yakin Tuhan sangat bersahabat dengan hambaNya yang berhati lapang kepada sesama manusia. Tetapi justru kesengsaraanlah yang dia terima karena prinsipnya itu.

***

Lalu selanjutnya? Tanyaku kepada Pak Rejeb.

"Setelah sekian tahun berlalu, saya mendengar kabar bahwa partner bisnis saya itu semakin sewenang-wenang kepada banyak buruh tani. Namun akhirnya ada kejadian. Dia mengalami sakit keras, dan berobat ke luar negeri. Harta sawah dan aset tanah semua puluhan hektar itu terjual untuk mengobati sakitnya. Proyek-proyek salak pondoh yang sempat besar itu habis dalam tempo cepat. Kini tinggal sisa-sisa ceritanya saja. Kawan saya itu bangkrut dengan meninggalkan sejumlah masalah keuangan. Dia tidak sembuh, lalu meninggal", kata Pak Rejeb. Dia menarik napas dalam. Sesaat ia termangu. Saya menyimak ceritanya baik-baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun