Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Guru

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bagaimana Ketika Harus Menahan Hati untuk Tidak Mudik Tahun Ini Menjelang Lebaran?

21 Mei 2020   17:30 Diperbarui: 21 Mei 2020   17:40 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sejak kapan saya mulai ikut merasakan perjalanan panjang dalam rangka mudik? Saya coba ingat-ingat kembali. Pada masa SMA, saya sudah tidak di rumah lagi, menempuh pendidikan di luar kota. Jadi liburan sekolah jelang Lebaran biasanya saya sudah mulai ikutan mudik. Begitu pula saat kuliah di Surabaya, saya pun menikmati perjalanan dalam rangka mudik naik kereta api ekonomi. Jujur, pengalaman masa lalu ini tak bisa dilupakan.

Pada masa itu, mudik dengan naik kereta api menjadi pilihan menarik. Konsekuensinya penuh sesak dan tidak kebagian tiket duduk. Alhasil harus berdiri sepanjang perjalanan. Namun kadang kalau beruntung, saya bisa dapat tempat duduk di separuh perjalanan mudik. Kelelahan berhimpitan di dalam kereta api ekonomi sudah saya alami sejak tahun 1999 hingga 2008. Karena seusai kuliah saya lanjut kerja di Surabaya.

Lebaran menjadi suatu kewajiban bagi kami sekeluarga untuk mudik dan berada di rumah orang tua kami. Bersilaturahmi dengan keluarga besar di kampung menjadi kegiatan tahunan yang menarik dan pebuh makna.

Pelayanan kereta api sudah jauh membaik kala ini. Mudik naik kereta api menjadi lebih nyaman dan tak perlu sampai berdesak-desakan seperti masa-masa saya dulu. Tentunya perjalanan mudik lebih menyenangkan dan terjamin untuk saat ini bila naik kereta api.

Menikmati perjalanan mudik naik bus dan mobil travel pun sudah pernah saya alami. Ketika akhirnya saya berpindah lokasi kerja di area Jawa Barat, saya terbiasa mudik naik kedua jenis kendaraan tersebut. Ada banyak kisah kala mudik, mulai dari kisah seru, melelahkan hingga senang. Itu di tahun-tahun saya di masa lalu. Kenangan yang terpatri di hati.  

Sebuah rasa penuh haru kala menikmati perjalanan mudik. Mungkin hal inilah yang juga banyak dirasakan oleh rekan-rekan lainnya yang juga pernah dan punya tradisi mudik seperti saya. Kisahnya pasti banyak.

Namun, tahun 2020 ini memaksa kita melihat kenyataan lain. Sangat berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kita menyambut lebaran di tengah pandemic covid-19. Suatu keadaan yang tak mudah. Kita semua tahu itu.

Demi pencegahan penyebaran yang makin meluas dari wabah corona ini, untuk mengurangi pandemi ini, sungguh dituntut kesadaran kita pribadi untuk menahan diri. Berusaha untuk tetap berada di tempat kita berada saat ini. Iya, sangat berat saya akui. Tapi ini sungguh sangat diperlukan oleh kita saat ini, bahu membahu melawan penyebaran covid 19 dengan #JanganMudikDulu.

Berat bagi saya menuliskan hal ini. Karena sebagai seorang yang punya banyak pengalaman berkaitan dengan mudik, perasaan bahagia saat bertemu langsung dengan keluarga besar. Tiba-tiba harus berusaha keras menahan diri untuk tidak mudik dulu.

Tapi jika ini bisa menolong kita semua setidaknya mencegah peneybaran corona, marilah kita menguatkan hati dan melakukannya.
Tekhnologi memang banyak membatu kita kali ini untuk mewakili mudik nyata kita. Kita bisa mudik online juga. 

Mudik online artinya kita menikmati kebersamaan dengan keluarga besar di kampung halaman atau di kota kelahiran melalui pertemuan secara online. Setidaknya ini untuk kebaikan bersama. Dengan terus saling mendoakan agar covid 19 ini segera berlalu dari negeri tercinta. Kita pun bersama berusaha berkarya nyata dengan menunda mudik kita di tahun ini. Jadi jangang mudik dulu, meski hati berat, namun kita tetap semangat.

Hanya  dengan bersatu hati, bekerja sama, kita bisa bertahan melewati wabah dan bencana ini. Tahan rindu, tahan hati, tahan diri. Saya mendoakan Anda sekalian. Tuhan memberkati.

...

Written by Ari Budiyanti
21 Mei 2020

Artikel ke 25 samber thr 2020
#JanganMudikDulu
#Lebaran 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun