Membaca Bukan Sekadar Menggali Informasi
Stasiun Kranji. Sore sehabis waktu berbuka, perjalanan harus terhenti di Stasiun Kranji. Sambil mengunggu kereta arah Cikarang, sekian lama menunggu dan termenung di stasiun itu. Lima belas menit menunggu dan kereta belum datang juga.
Cukup lama menunggu kereta. Waktu-waktu menunggu terpaksa tidak bisa dipercepat seperti biasanya. Padahal, keinginan badan, segera sampai tujuan. Waktu terpaksa dihabiskan di stasiun itu. Menunggu dan terus menunggu.
Membuka-buka layar kecil, melihat-lihat artikel di Kompas dan Kompasiana sore ini. Banyak berita, banyak informasi yang sungguh layak untuk diketahui dan dinikmati. Meski ketika membuka twitter gretetan juga untuk berkomentar. Tapi, komentar terkadang tidak cukup untuk menampung segala yang dipikirkan.
Sore ini, pikiran melayang, dan kembali menanyakan tentang membaca; apakah membaca, bagaimana membaca, seperti apa membaca yang benar, mengapa mesti membaca, dan seterusnya. Sebuah kata, membaca, kemudian membawa angan melayang begitu jauh.
Memahami Membaca
Semua orang tahu,bahwa dengan membaca, kita jadi tahu informasi, wawasan jadi lebih luas, pikiran juga tidak tumpul, bahkan merangsang pikiran untuk terus bekerja, bahkan sampai muncul kekritisan yang tertanam dalam pikiran kita.
Dengan membaca bisa saja kita meningkatkan ketrampilan berbahasa. Dengan mambaca,otomasis kemampuan menulis juga akan semakin berkembang. Maka, membaca bukan sekadar memahami setiap kata. Membaca akan lebih bermanfaat jika seluruh pikiran pun ikut terlibat.
Kita mengenal berbagai jenis membaca, misalnya, membaca ekstensif, membaca intensif, membaca cepat, membaca rekreasi, membaca skimming, membaca scanning, dan membaca kritis.
Terkadang, kita begitu puas memahami bacaan menggunakan teknik skimming; membaca cepat untuk mendapatkan gambaran umum tentang teks dengan melihat judul, subjudul, dan paragraf pertama dari setiap bagian penting di teks.