Ari Indarto
Ari Indarto Guru

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Rumah-Rumah Kosong Tanpa Penghuni

23 April 2023   22:31 Diperbarui: 23 April 2023   22:34 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah-Rumah Kosong Tanpa Penghuni
Bersama penghuni yang tidak mudik (Dokpri)

Rumah kosong. Rumah kosong itu bukan tidak ada pemilik.  Kebersamaan dalam sebuah lingkungan tidak hilang dalam sekejap. Sebagian mulai mengosongkan diri untuk kembali dalam suasana penuh kesucian.  

Biasanya di hari-hari libur tampak bapak-bapak penghuni perumahan kami beramai-ramai membersihkan lingkungan rumah. Saluran air dibersihkan. Tanaman-tanaman yang mulai rimbun sebagian dipangkas. Rumput-rumput yang tumbuh liar dibersihkan. Trotoar yang mulai hilang warnanya pun dicat ualang. Kesibukan setiap liburan panjang memang begitu padat. Lingkungan kami pun tampak brsih. Aktivitas libur selalu dipenuhi keramaian si penghuni perumahan kami. Ada-ada saja berbagai kegiatan dan acara. Meski sebagian ada yang selalu masuk kerja, lembur di hari libur. 

Rencana Mudik 

Dalam satu minggu  sebelum lebaran, pengurus RT sudah menyibukkan diri untuk mendata keluarga yang akan meninggalkan perumahan. Ternyata, banyak juga dari kami yang harus mudik dan kembali ke kampung halaman. Tahun sebelumnya, memang tidak banyak warga yang meninggalkan rumah. Karena saat itu, memang kita begitu taat dengan anjuran pemerintah; tidak meninggalkan selagi covid tetap tinggi. Rupanya tahun ini menjadi kesempatan istimewa keluarga dan tetangga kami merencakan  mudik. Tiga tahun tidak pernah mudik dan menengok keluarga di berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Pada akhinya, memang banyak tetangga-tetangga kami yang akan mudik ke kampung halaman. Berati, di perumahan ini tidak akan banyak yang tinggal. Benar saja, ketika saat lebaran tiba, pagi setelah sholat, ternyata kami hanya tinggal dalam 7 keluarga. Hampir 60 keluarga di lingkungan perumahan mudik ke kampung halaman. 

Pagi itu, hari Sabtu, 22 April 2023, pagi pukul delapan, keluarga di lingkungan kami pun mengadakan silaturahmi. Kami berkumpul bersama dalam satu lingkungan di sebuah pos jaga. Tidak begitu banyak, tetapi cukup ramai karena masih banyak anak-anak yang tetap bertahan bersama orang tuanya. Memang tidak seramai tahun-tahun sebelumnya, tetapi kebiasaan di perumahan kami, setiap selesai sholat ied, kami berkumpul di sebuah pos; bersalam-salaman, foto bersama, dan kami pun mengunjungi beberapa rumah di blok kami. Dalam keluarga kecil yang masih tersisa inilah kami bersilaturahmi. 

Meski siang hari suasana semakin sepi, karena beberapa keluarga yang tadinya masih tinggal di perumahan pun harus pergi mengunjungi sanak saudaranya. Semakin sepilah suasana si perumahan kami. Maka, kami, beberapa yang non muslim, harus berjaga-jaga paling tidak dalam dua tiga hari ke depan. Meski ada satpam yang tetap berjaga di pintu gerbang, tetapi kami sebagai warga di sekiat yang masih tinggal harus tetap siaga.

Rumah-rumah tanpa penghuni

Setiap malam, beberapa dari kami pun selalu berkeliling, melihat-lihat kondisi rumah, sekadar mengecek dan mengawasi. Setiap pagi pun beberapa juga kembali melihat dan berjalan-jalan sambil melakukan pengawasan di beberpa rumah yang ditinggal pemiliknya. Aktivitas biasa sepeti ini memang telah kami lakukan ketika banyak warga yang tidak ada di rumah. Kesempatan kecil ini seolah menjadi kesepakatan tidak tertulis, kami mengawasi dan membantu warga yang memang sedang tidak ada di rumah. 

Beberpa keluarga ada yang menitipkan ke keluarga lain karena di dalam rumah ada akuarium, atau kolam ikan. Beberapa juga menitipkan ke kelauarga yang lain karena di rumah ada berbagai pelihaarn, seperti berung, kucing dan anjing. Kelaurga-keluarga itu pun harus membantu memberikan makanan  hewan peliharaan. Bahkan, beberapa menitipkan kunci untuk menghidupkan lampu jalan dan lampu teras. Malam hari, memang lampu jalan tetap menyala,  lampu teras rumah pun tetap demikian,  menyala meski tanpa penghuni. 

Memang kami bukan satpam yang harus berjaga setiap saat. Tapi kepedulian beberapa warga yang membiasakan diri untuk saling mengamati, saling menjaga rumah-rumah kosong itu memang menjadi kebiasaan yang patut kami teruskan. Rumah-rumah kosong ini  adalah rumah tetangga kami. Rumah kosong ini adalah rumah keluarga kami juga. Karena jika terjadi sesuatu pada rumah-rumah di sekitar kami, kami pun akan mendapat akibat yang sama. Kami merasa sebagai sebuah keluarga, meski kami tak bisa masuk ke dalam rumah tanpa penghuni itu. 

Rumah-rumah kosong itu harus tetap mempunyai energi kehidupan bagi penghuninya, bukan hanya dengan cahaya yang harus tetap masuk dan menyala setiap malam.  Tetapi kebahagiaan dan kebersamaan  untuk merawat rumah-rumah kosong itu adalah bentuk kebersamaan sebagai tetangga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun