Alumnus PP Darussalam Ciamis dan Sejarah UPI. Bergiat di Kolektif Riset Sejarah Indonesia. asepdudinov@gmail.com
Antropologi Ramadan di Priangan
Oh ya, terkadang kalau ada pimpinan atau bos yang baik memberikan tunjangan munggah. Kami saat itu diberi satu kilogram daging sapi dari kantor, sebagai ganti uang munggah katanya.
3. Ngabuburit
Jika diartikan, ngabuburit bisa berarti jalan-jalan sore menjelang datang berbuka menunggu adzan magrib berkumandang. Merujuk pada Kamus Basa Sunda yang dikumpulkan oleh R.A Danadibrata, ngabuburit adalah "Ngadagoan burit dina bulan puasa bari jalan-jalan" (menunggu sore saat bulan puasa sambil berjalan-jalan). Ya mungkin semacam kegabutan namun penuh berkah dan syariah. Hahaha. Waktunya biasanya dipilih setelah ashar.
Mengitari pasar atau pusat takjil adalah yang utama. Memburu makanan yang manis-manisnya ataupun makanan berat. Keduanya sama penting. Tempat seperti alun-alun dan masjid agung kabupaten akan lebih ramai dari biasanya.
Dua ikon ini masih menjadi jujugan utama. Karena di dua tempat itulah berkumpul beragam makanan dari mamang-mamang penjual yang bisa dibeli. Masjid agung yang baik juga menyediakan takjil.
Kalau beruntung, makanan berat juga biasanya tersedia. Tak hanya dua ikon itu, namun di daerah kami jalan jembatan penyeberangan yang melintas di atas jalan tol Cipali juga menjadi destinasi utama. Sekadar duduk-duduk diatas motor sambil melihat-lihat mobil yang sedang adu cepat rasanya menyenangkan.
Karena banyaknya yang nongkrong di atas jembatan penyeberangan itu makan berlaku pula filisofi ada gula ada semut. Penjual makanan ringan dan takjil pun menyemut. Walaupun agak berbahaya juga karena mengganggu perjalanan mobil lokal yang berdesakan di jalan jembatan itu.
4. Tarawehan dan Tadarusan
Kalau tarawih dan tadarus adalah laku syariat. Maka tarawehan dan tadarusan adalah laku kultural. Di Priangan, taraweh malam pertama kemungkinan besar pasti membludak.
Semacam euforia bahwa Ramadan mesti dihadapi dengan kesungguhan. Anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, dan para pemuda datang secara antusias. Berkoko. Sarungan. Berkopiah. Bermukena. Beberapa ada yang baru.
Setelah salat Isya diselingi ceramah sebelum tarawih. Mungkin kira-kira sepuluh menitan. Isinya kontekstual berkaitan bulan Ramadan. Dilanjut dengan salat Tarawih. Sepanjang yang saya ikuti, di rata-rata wilayah Priangan, jumlah rakaat tarawih berkisar ada yang 11 dan atau 23 rakaat sudah ditambah witir.