Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Guru

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mengapa Harus Berbuat Kebaikan?

29 Maret 2023   13:00 Diperbarui: 29 Maret 2023   13:04 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Harus Berbuat Kebaikan?
Koleksi Pribadi diolah dari Canva

Bahkan amal kebajikan yang kita lakukan dengan istiqomah, terus menerus pahalanya jauh lebih baik dan lebih berharga dari harta dan anak keturunan yang kita miliki. Kita semua mafhum bahwa kebahagiaan terindah setiap insan yang sudah berumahtangga adalah hadirnya buah hati yang bisa menjadi harapan penerus generasi. Tanpa itu, hampalah hidup dan segala upaya akan ditempuh untuk mendapatkannya.

Demikian pula harta benda. Setiap insan akan lebih tenteram hidupnya manakala hidupnya tercukupi dengan harta. Memang harta bukan segala-galanya, tapi segalanya bisa didapat dengan harta. Tak dapat dipungkiri.

Harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup. Dengannya hidup terasa semakin hidup. Namun kedua keindahan perhiasan dunia tersebut tidak lebih baik di sisi Allah swt dibanding dengan amal kebajikan yang dilakukan secara terus menerus. Allah swt berfirman : "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan" (Q. S Al-Kahfi : 46)

Menurut Ath-Thabri, ada beberapa pendapat terkait makna "albaqiyatu ash-shalihatu" (kebajikan yang terus menerus) dalam ayat ini. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan itu adalah salat lima waktu. Ada pula yang berpendapat bahwa kebajikan itu berupa kalimat thayyibah, subhanallah-alhamdulillah-laai ila ha ilallah-allahu akbar wala hauwla wala quwwata illa billah. Namun ada pula yang menyatakan bahwa yang dimaksud itu adalah amal kebajikan berupa ketaatan terhadap Allah swt. Sebab semua itu adalah bentuk kesalehan yang akan menjadi pahala yang tersimpan bagi pelakunya untuk akhirat kelak.

Semantara Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ayat tersebut maknanya adalah menghadapkan diri kepada Allah swt dan mengkonsentrasikan penghambaan kepada-Nya adalah lebih baik daripada kesibukan dengan anak dan berkumpul dengan mereka, apalagi menyayangi mereka secara berlebihan.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, jika diperhatikan, muaranya adalah sama yakni TAQWA. Aplikasinya dengan berbuat baik dengan landasan keimanan yang mengharapkan ridha Allah swt. Salat, berzikir memperbanyak mengucapkan kalimat thayyibah serta semua bentuk ketaatan dan kesalehan merupakan kebajikan yang jika dilakukan terus menerus pasti akan mendatangkan keridhaan dan pahala yang lebih baik. Ia akan menjadi tabungan pahala yang akan kita petik hasilnya kelak di kehidupan selanjutnya.

Puasa Ramadhan muaranya adalah TAQWA. Oleh karena itu tidak berlebihan jika saya katakan bahwa puasa mendidik kita untuk menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang senantiasa menampilkan akhlak mulia kepada sesama. Menebar manfaat. Ucapan yang keluar dari orang yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah ucapan-ucapan yang lembut, penuh manfaat dan mengantarkan pada ketaatan dan kesalehan. Semoga dengan ini Allah swt berkenan menerima amal kita dan memberi balasan yang lebih baik. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun