Tarawih Pertama di Masjid At-Taqwa: Hujan Lebat dan Jamaah yang Masih Sedikit
Pengantar
Awal Ramadhan 1445 Hijriah diiringi hujan lebat di kota Padang. Hujan turun deras setelah shalat Maghrib, membasahi bumi dan menyejukkan udara. Masyarakat kota Padang, termasuk saya, bersiap untuk memulai puasa. Namun, keragaman mewarnai awal Ramadhan tahun ini.
Selesai makan malam tiba-tiba ada dering telepon melalui WA. Ternyata itu adalah panggilan dari ketua pengurus Masjid At-Taqwa, pak Met. Bukan nama sebenarnya, tetapi demikian semua kami memanggil beliau.
Pak Aulia, kapan mulai puasa. Saya jawab dengan besok, 11 Maret 2024. Saya ikut ketetapan Muhammadiyah saja karena Arab Saudi dan sebagian besar negara di dunia juga demikian.
Mantap kalau begitu. Terdengar suara pak Met di seberang sana. Kalau begitu kita mulai tarawih malam ya. Ya jawab saya. Terdengar lagi jawaban, Bungkus... Yang artinya kita lakukan atau kita sepakat.
Di Indonesia, perbedaan penetapan awal Ramadhan kembali terjadi. Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) baru mengumumkan 1 Ramadhan jatuh pada tanggal 12 Maret 2024, berdasarkan hasil Sidang Isbat. Sementara itu, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada tanggal 11 Maret 2024.
Menembus Hujan Menuju Masjid
Meskipun hujan turun deras, tekad saya untuk melaksanakan shalat tarawih pertama di Masjid At-Taqwa tidak surut. Saya beranjak dari rumah dengan berpayung, menembus hujan yang masih cukup deras. Sesampainya di masjid, hujan sudah sedikit reda.
Jama'ah Masjid yang tidak seramai tahun lalu
Hujan lebat dan perbedaan penetapan Ramadhan mungkin menjadi faktor utama yang menyebabkan sedikitnya jamaah pada tarawih pertama di Masjid At-Taqwa dibandingkan tahun sebelumnya.
Sesampainya di masjid Shalat Isya baru saja dimulai, dan hanya beberapa orang jamaah yang terlihat hadir. Jumlahnya bahkan belum mencapai satu saf. Pada tahun sebelumnya bisa mencapai 4 saf untuk jama'ah lelaki saja, begitu juga dengan jama'ah perempuan dengan jumlah yang hampir sama.