Aulia
Aulia Dosen

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ibu atau Ummi Sang Pahlawan Sahur

11 Maret 2024   11:18 Diperbarui: 11 Maret 2024   11:32 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu atau Ummi Sang Pahlawan Sahur
Dokumen pribadi, Randang

Menu sahur kami mungkin terlihat sederhana, namun setiap komponennya dipilih dengan cinta dan perhatian. Ini bukan hanya tentang makanan yang kami santap, tetapi tentang nilai-nilai yang kami bagikan: kesehatan, kebersamaan, dan kebahagiaan. Sahur kami adalah cermin dari kehidupan kami: sederhana, namun kaya akan cinta dan kehangatan.

Momen Sahur yang Mengingatkan kepada Amak

Sahur, momen yang selalu mengingatkan saya kepada Amak, ibu saya. Kisah ini mungkin serupa dengan kisah ribuan, bahkan jutaan wanita yang dipanggil Umi, namun bak setiap lukisan kehidupan memiliki nuansa yang berbeda.

Lukisan yang saya gambarkan ini adalah versi ulang dari kanvas masa kecil saya, di mana Amak adalah pelukis utamanya.

Amak, yang bangun sebelum fajar menyingsing, telah menyiapkan sahur kami dengan penuh kasih. Lauk pauk, yang biasanya sudah disiapkan sejak sore hari, baik itu bersamaan dengan makan malam atau menu berbuka, selalu siap menemani nasi yang dimasak hangat.

Kami tinggal di Payakumbuh kala itu, yang kini dikenal sebagai Kecamatan Akabiluru, di mana udara pagi yang dingin membuat tiap hembusan nafas terlihat seperti asap yang menari di udara.

Apak, ayah saya, selalu menghargai nasi hangat yang disajikan. Kadang-kadang, beliau terlihat menemani Amak memasak, sambil menikmati secangkir kopi yang mengepul. Itu adalah pemandangan yang hangat dan mengesankan, sebuah momen kebersamaan yang sederhana namun penuh makna.

Sahur di rumah kami bukan sekadar ritual makan pagi, melainkan sebuah tradisi yang menghangatkan hati. Amak, dengan tangan-tangannya yang terampil, tidak hanya menyiapkan makanan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kekeluargaan dan keagamaan yang mendalam.

Setiap sajian yang Amak persiapkan adalah ekspresi dari cinta dan dedikasi yang tak terukur.

Saat ini, meskipun Amak telah tiada, beliau meninggal tahun 2002, dan saya memiliki keluarga sendiri dan juga jauh dari Payakumbuh, setiap kali sahur tiba, aroma masakan Amak, suara gemericik air, dan kehangatan suasana dapur kami, kembali membawa saya ke masa-masa itu.

Momen sahur menjadi jembatan waktu yang menghubungkan saya dengan Amak dan semua kenangan indah yang pernah kami bagi.

Momen sahur yang mengingatkan kepada Amak adalah tentang lebih dari sekadar makanan; itu tentang warisan, tentang keluarga, dan tentang cinta yang terjalin dalam setiap butir nasi dan setiap suapan lauk. Itu adalah lukisan hidup yang akan selalu saya kenang dan hargai, sebuah mahakarya yang tak lekang oleh waktu.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun