Aulia
Aulia Dosen

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memahami Fenomena Jamaah Ramadan Ekor Tikus: Sebuah Kajian Analitis Sederhana

29 Maret 2024   05:24 Diperbarui: 29 Maret 2024   05:29 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Fenomena Jamaah Ramadan Ekor Tikus: Sebuah Kajian Analitis Sederhana
pixabay.com

Bulan suci Ramadan, suatu periode yang ditandai dengan semangat ibadah yang tinggi dan kehadiran jamaah yang padat di masjid-masjid. Namun, terdapat fenomena menarik yang sering terjadi di sebagian masjid, yaitu fenomena yang dikenal dengan istilah "jamaah ekor tikus".

Fenomena ini merujuk pada penurunan jumlah jamaah yang hadir di masjid menjelang akhir bulan Ramadan, meskipun di awal bulan jumlahnya sangat ramai. Untuk memahami fenomena ini secara lebih mendalam, perlu dilakukan analisis sederhana terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Di Masjid attaqwa misalnya, tempat saya sholat sehari-hari, dan mungkin juga banyak masjid di seluruh dunia jumlah jamaah yang tetap ke masjid sudah jauh berkurang. Jumlah jamaah lelaki sekarang tinggal satu saf saja dibandingkan tiga shaf pada awal Ramadan. Di Kota Padang fenomena ini sering disebut dengan jamaah "ikua mancik atau ekor tikus".

 Minggu pertama Ramadan jamaah relatif banyak dan kemudian berkurang dan terus berkurang sampai malam terakhir Ramadan. Biasanya pada malam-malam terakhir yang masih bertahan adalah jamaah tetap yang memang hari-hari mereka salat jamaah di masjid. Sementara jamaah anak-anak dan jamaah euforia hilang entah ke mana.

Pengelompokan Jamaah Masjid:

Sebelum memahami fenomena "jamaah ekor tikus" dengan lebih baik, perlu dipahami bahwa jamaah masjid dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Pertama, ada jamaah inti, yang selalu hadir dalam setiap kegiatan keagamaan di masjid dan menjadi tulang punggung dalam menjaga kesemarakannya. 

Selanjutnya, ada jamaah anak-anak, yang mungkin hadir di masjid karena terkait dengan kegiatan pesantren Ramadan. Ada juga jamaah eforia, yaitu mereka yang merasakan sensasi awal Ramadan dan biasanya tidak bertahan lama di masjid. Terakhir, terdapat jamaah lainnya, yang datang ke masjid dengan berbagai alasan, seperti mencari ketenangan, berdoa, atau ikut serta dalam kajian agama.

Analisis Faktor Penyebab:

Fenomena "jamaah ekor tikus" dapat dianalisis melalui beberapa faktor yang mempengaruhinya:

Kelelahan: Menjalani ibadah puasa selama hampir satu bulan dapat menyebabkan kelelahan fisik yang cukup signifikan. Seiring berjalannya waktu, beberapa orang mungkin merasa semakin lelah dan kurang memiliki energi untuk pergi ke masjid pada malam hari.

Kesibukan: Kehidupan sehari-hari yang sibuk, termasuk pekerjaan, aktivitas sosial, atau tanggung jawab keluarga, dapat menjadi faktor lain yang menghalangi kehadiran jamaah di masjid. Keterbatasan waktu dan prioritas yang harus diatur dapat membuat sebagian orang sulit untuk menyempatkan diri pergi ke masjid.

Motivasi: Kurangnya motivasi atau semangat dalam menjalani ibadah dapat menjadi faktor utama penurunan kehadiran jamaah di masjid. Rasa malas atau kurangnya kesadaran akan pentingnya ibadah juga dapat memengaruhi tingkat partisipasi dalam kegiatan keagamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun