Aulia
Aulia Dosen

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Sarung Indonesia: Dari Pakaian Rumahan sampai Fesyen

2 April 2024   10:54 Diperbarui: 2 April 2024   12:19 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar 

Sarung, selembar kain sederhana dengan makna mendalam dan keindahan tak terbantahkan, telah menjadi bagian integral dari budaya Indonesia. Dari pesisir Jawa hingga kepulauan terpencil, sarung menghiasi kehidupan sehari-hari dan merangkul nilai-nilai tradisional serta modern. Artikel ini akan mengupas lebih dalam sejarah, teknologi, bahan, dan peran sarung dalam fesyen Indonesia, serta bagaimana kain ini terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman.

Menelusuri Jejak Sejarah Sarung

Sejarah sarung di Indonesia terjalin erat dengan jalur perdagangan maritim. Diperkirakan pada abad ke-14, para saudagar Arab dan Gujarat membawa kain ini ke pesisir utara Pulau Jawa dan Madura. Seiring waktu, sarung diadopsi dan diadaptasi oleh masyarakat lokal, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan budaya mereka.

Pada masa penjajahan Belanda, sarung bahkan menjadi simbol perlawanan terhadap budaya barat. Tokoh-tokoh nasional seperti KH Abdul Wahab Hasbullah tetap konsisten menggunakan sarung sebagai bentuk perlawanan dan penegasan identitas bangsa. Sarung menjadi pengingat bahwa budaya Indonesia kaya dan patut dibanggakan.

Mengintip Teknologi di Balik Sarung

Proses pembuatan sarung tradisional melibatkan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Ketelatenan dan keahlian pengrajin tertanam dalam setiap helai benang yang ditenun. Peralatan seperti barung-barung, potandayangan, pamalu', dan patakko menjadi saksi bisu lahirnya sebuah karya seni yang indah dan fungsional.

Sarung tak hanya terpaku pada motif tradisional. Inovasi dan modernisasi terus dilakukan, menghadirkan motif-motif kontemporer yang menarik tanpa meninggalkan esensi budaya. Desainer mode Indonesia kreatif dalam menggabungkan unsur tradisional dengan desain modern, menghasilkan kreasi sarung yang trendi dan berkelas.

Menjelajahi Ragam Bahan Sarung

Bahan sarung yang paling umum adalah katun. Katun dikenal nyaman dan cocok untuk digunakan sehari-hari. Bagi yang menginginkan sentuhan kemewahan, sarung sutra dengan kelembutan dan kilaunya yang indah bisa menjadi pilihan. Sarung sutra sering digunakan dalam upacara pernikahan sebagai simbol kemurnian dan kesucian.

Selain katun dan sutra, beberapa jenis sarung juga menggunakan bahan lain seperti rayon dan polyester. Setiap bahan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, memberikan pilihan yang beragam bagi para pengguna.

Sarung: Lebih dari Sekadar Pakaian

Sarung bukan hanya selembar kain yang dililitkan di pinggang. Sarung adalah simbol kenyamanan, keanggunan, dan nilai-nilai budaya. Di berbagai daerah di Indonesia, sarung memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda.

Di Jawa, sarung digunakan sebagai pakaian resmi dalam acara adat dan keagamaan. Di Madura, sarung menjadi simbol kedewasaan dan maskulinitas. Di Bali, sarung digunakan untuk sembahyang dan ritual keagamaan.

Sarung dalam Fesyen Khas Indonesia

Kualitas sarung Indonesia telah diakui dunia. Keindahan motif dan teksturnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta fesyen. Desainer kreatif Indonesia tak henti-hentinya menghadirkan kreasi inovatif dengan sarung, memadukan unsur tradisional dengan desain modern.

Penutup 

Sarung merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan. Kain ini bukan hanya pakaian, tapi juga simbol identitas, budaya, dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Mari kita terus lestarikan warisan budaya ini dan terus mengenakan sarung dengan bangga!

Sarung Indonesia memiliki potensi ekspor yang besar. Keindahan motif dan teksturnya dapat menarik minat pasar internasional. Diperlukan edukasi dan promosi yang lebih gencar untuk memperkenalkan sarung kepada generasi muda dan masyarakat internasional.Penting untuk menjaga dan melestarikan motif tradisional sarung agar tidak tergerus oleh modernisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun