Rahasia Kesolehan Sosial dalam Amaliah Ramadhan
"Apa style Lebaran kamu cuma sekedar pakai baju baru dan makan ketupat aja?". Minder nggak yah pas takbiran tapi tidak full puasanya, terus tarawihnya dilewat. Tiap hari ngabuburitnya pakai gadget atau main game online aja, apa bisa raih kemenangan di hari Id Fitri?.
Lalu apa saja amalan di bulan Ramadhan biar nggak nyesel, saat sadar ternyata bulan penuh berkah ini cepat berlalu. Ada amalan ibadah yang khusus hanya di bulan Ramadhan saja, yaitu puasa Ramadhan, sholat berjamah tarawih dan zakat fitrah. Maka ketiga amalan pokok ini jangan sampai dilewatkan, jalanilah dengan penuh semangat bersama orang-orang tercinta.
Pasti sahabat sudah tahu bahwa setiap amal baik di bulan Ramadhan ini dilipat gandakan pahalanya. Ibarat orang yang berdagang pasti ingin profit besar, maka jika ingin untung lakukanlah amalan ibadah lainnya. Ternyata hikmah Ramadhan bukan hanya meningkatkan kualitas ibadah individual semata tapi mengajarkan kesolehan sosial.
Beberapa tips amaliah positif di bulan Ramadhan yang diambil dari intisari ibadah pokok diatas yaitu:
Amalan yang pertama jaga mulut. Puasa bukan hanya menahan diri untuk tidak makan, tapi usahakan tidak banyak bicara yang unfaedah, seperti: senda-gurau, menggerutu, ngerumpi, ngegosip apalagi menghina orang lain. Ucapkanlah bahasa yang lemah lembut kepada orang tua, keluarga dan tetangga, hindari bahasa yang bisa menyinggung orang lain. Bagaimana cara mudah menjaga lisan, yakni dengan mensibukkan lidah dengan target dzikir harian atau tiwalah Qur'an. Tekadkan untuk bisa khatam quran minimal 1 kali selama bulan Ramadhan.
Seorang muslim sejati adalah orang yang menjaga hati orang disekitarnya dari tersakiti oleh oleh lisannya dan perbuatannya. Biasakanlah menjadi pribadi yang ramah, mengucapkan salam setiap bertemu, tersenyum saat berbicara dan menyampaikan hal-hal yang positif untuk didengarkan. Puasa akan membentuk pribadi yang miliki tenggang rasa dan kepekaan sosial.
Amalan yang kedua adalah membiasakan hidup berjamaah dalam berbagai aktifitas positif dimasyarakat, yang bermanfaat untuk mempererat persatuan dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat. Ajak keluarga untuk solat berjamaah dimasjid, belajar tilawah bersama, mengikuti kajian agama, gotong-royong membersihkan masjid, membantu masak bersama untuk tajil dan kegiatan lainnya.
Hidup berjamaah dalam masyarakat bukan hanya dibulan Ramadhan saja, tapi melatih diri agar dibulan-bulan selanjutnya kita bisa terus melaksanakan. Berjamaah tidak hanya dalam sholat tapi dalam kehidupan bermasyarakat pula. Sehingga tercipta masyarakat Madani sebagai simbol kerukunan, tidak hanya dengan sesama muslim bahkan dengan non muslim juga mampu hidup rukun dan saling menjaga. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya.
Amalan yang ketiga adalah berbagi rezeki sesuai kemampuan dan konsisten. Sebulan penuh dilatih merasakan haus dan lapar untuk meningkatkan kepekaan sosial, dibuktikan dengan mau memberi terhadap yang membutuhkan. Zakat fitrah jangan dijadikan batasan hanya membantu kebutuhan pokok saja, tapi melatih individu untuk terus dapat meningkatkan kepedulian dengan berbagi kepada sesama.
Laksanakan kegiatan sosial, seperti mengadakan kunjungan ke rumah yatim piatu, membagikan ta'jil gratis kepada para musafir, memberikan sembako kepada para duafa. Tidak hanya dengan uang, kita juga bisa membantu secara tenaga dengan cara membatu pengemasan atau pembagian ta'jil. Bisa juga berbagi ilmu dengan mendatangi TKA/TPA untuk membantu mengajar anak-anak membaca Iqra atau Quran.
Penulis sebenarnya ingin mengingatkan para orangtua untuk bisa memanfaatkan momen Ramadhan untuk lebih memperhatikan generasi penerus. Anak-anak milenial sekarang kurang mengikuti kegiatan sosial karena terlalu banyak tersibukan oleh gadget, lebih individualitas dan apatis.
Miris saya mendengar seorang ibu yang bercerita bahwa ketika anak perempuannya yang berusia 5 tahun menangis karena terjatuh, sedangkan kakaknya berumur 10 tahun tetap duduk santai di sofa menggenggam handphone dan tidak peduli terhadap kondisi adiknya.
Dahulu ketika saya masih kanak-kanak masih senang ngabuburit bersama kawan-kawan. Ada komunikasi yang dibangun, ada pemandangan alam yang kita nikmati. Namun saat ini lebih banyak anak-anak yang ngabuburit dengan bermain game online. Seringkali mereka berkumpul disatu tempat tapi tidak bercakap-cakap karena masing sibuk dengan handphone.
Lebih menghawatirkan lagi dalam lingkungan keluarga, dimana komunikasi hanya sekedarnya saja. Orangtua dan anak-anak berkumpul di meja makan untuk berbuka puasa tapi masing-masing sibuk dengan media sosial. Bagaimana generasi penerus bangsa akan peka terhadap sosial sedangkan dilingkungan keluarga saja sudah acuh tak acuh.
Dulu sholat berjamaah tarawih sangat dinanti-nanti oleh anak-anak, mereka semangat untuk saling mendatangi rumah kawan-kawannya untuk bergerombol berangkat ke masjid. Para orangtua juga setelah berjamaah akan duduk sejenak untuk saling menyapa dengan tetangganya. Jika diluar bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk sholat tahajud dan witir secara sembunyi-sembunyi, sedangkan dibulan Ramadhan kita melaksanakan sholat sunah secara berjamaah, bukankah ini melatih agar masing-masing individu untuk kembali menjadi satu komunitas masyarakat yang bersatu dalam kerukunan.
Kebahagiaan di hari raya Id Fitri bukan hanya memakai baju baru, tapi memakaikan baju baru kepada anak yatim dan duafa. Kemenangan saat Id Fitri bukan hanya makan enak di rumah tapi bagaimana membuat fakir miskin juga bisa ikut menikmati makanan enak itu.
Puasa mengajarkan kita merasakan bagaimana seorang fakir miskin merasakan kelaparan, tarawih berjamaah memberikan kita ghiroh untuk kembali berjamaah bukan hanya ketika sholat dimasjid tapi meningkatkan kembali kegiatan bersama dimasyarakat, dan zakat mendidik kita untuk mau mengorbankan harta kita untuk orang lain. Semoga saat bertemu Id Fitri 1443 H, kita semua mendapatkan magfiroh dan rahmat dari Allah Yang Maha Pengasih, serta bangsa Indonesia meraih kerukunan dan kemakmuran.