Bingkisan Lebaran untuk Duafa
Sedikitnya 68 bingkisan lebaran (biasa disebut parcel) yang dipersiapkan oleh Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga, telah dibagikan kepada para duafa yang tersebar di pelosok Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kota Salatiga sendiri. Seperti apa keseruannya berbagi di bulan suci ini, berikut catatannya.
Minggu (2/6) sore, sekitar 50 relawan berkumpul di basecamp Relintas yang terletak di Jalan Patimura nomor 110 Kota Salatiga. Dipimpin langsung oleh Bambang Setyawan selaku penanggungjawab Relintas, para perindu sorga mendapat pengarahan (briefing)secara detail, termasuk asal muasal parcel bagi duafa- duafa yang mayoritas tinggal di pelosok.
Menurut Bambang Setyawan yang biasa disapa Bamset, nilai bingkisan lebaran mencapai Rp 200.000 perpaket. Isinya terdiri atas sembako, makanan ringan, baju koko, mukena mau pun sarung. " Nilai totalnya mencapai Rp 13.600.000 yang kami peroleh dari donasi para hamba Allah," ungkap Bamset.
Para hamba Allah, lanjut Bamset, merupakan hal yang tak terpisahkan bagi Relintas. Ibarat dua sisi mata uang, ada donatur tanpa relawan seluruh kegiatan sosial tak mampu berjalan, demikian pula sebaliknya. Yang pasti, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni berupaya memuliakan duafa. Minimal, mengurangi kemiskinan. " Pasalnya, banyak sasaran kami yang tidak terjangkau oleh Program Keluarga Harapan (PKH)," jelas Bamset.
PKH yang merupakan produk primadona pemerintah, implementasinya di lapangan, kata Bamset, banyak yang melenceng. Dampaknya, duafa yang hidupnya sudah setengah mati, tak tersentuh. Bahkan, satu hari sebelum bingkisan lebaran dibagikan, pihak Relintas mendapat laporan adanya kakek berusia 74 tahun, yang sudah empat hari hanya berbuka puasa dengan minum teh
Agar kejadian yang sama tak lagi terulang, Bamset meminta agar relawan selalu memonitor para sasaran Relintas yang menjadi orang tua asuh mereka. Sebab, di gudang basecamp Relintas, setiap saat selalu tersedia puluhan paket sembako yang sengaja dipersiapkan mengantisipasi hal- hal serupa. " Saya tidak mau dengar adanya kejadian seperti itu terulang kembali," tandasnya.
Hampir 15 menit Bamset memberikan pengarahan, akhirnya pk 14.30, relawan yang terbagi menjadi 5 kelompok mulai bergerak menuju sasaran masing- masing. Karena sebagian besar relawan tetap menjalankan ibadah puasanya, maka agenda blusukan ke berbagai pelosok pedesaan dilakukan sembari menahan lapar dan dahaga. Kendati begitu, mereka senantiasa antusias.
Bamset sendiri sangat mengapresiasi keberadaan relawannya, di mana, mendekati hari raya Idhul Fitri, mereka tengah sibuk mempersiapkan segala pernak pernik lebaran. Kendati begitu, mereka tetap antusias melayani duafa. " Saya tahu persis, mereka banyak yang memiliki masalah ekonomi. Tapi, tetap saja mereka ngotot ikut berbagi," jelasnya.
Melalui jalanan pedesaan yang kadang tak ramah, banyak cerita seru yang menimpa relawan. Salah satunya, Sthepani Agnes (16) yang memboncengkan ibunya, Rina Harjani. Motor yang dikendarainya terpaksa harus terbanting di aspal gara- gara tak menguasai medan. " Demi senyum para duafa, tak masalah," ungkapnya sembari mengeluhkan punggungnya yang sakit.
Apa lagi, lanjut Bamset, untuk mendapatkan parcel- parcel tersebut, para duafa tak perlu mengantre. Mereka hanya berdiam di rumah, relawan mendatanginya. Kompensasinya, duafa- duafa renta membayarnya dengan guyuran doa yang sering membuat merinding pendengarnya. " Alunan- alunan doa duafa itu, terdengar indah di telinga kami," kata Bamset.