Seorang guru di sekolah swasta. Katanya sih jurusan Ilmu al-Qur'an & Tafsir (IAT) dan Akidah dan Filsafat Islam (AFI), soalnya tidak terlalu mencerminkan hhee.
Doa Hari Ke-1: Antara Percaya Diri Atau Tak Sadar Diri?
"Ya Allah, jadikan puasaku di bulan ini puasa mereka yang shiyam. Dan ibadah malamku termasuk ibadah mereka yang qiyam. Bangunkan aku dari tidurnya orang-orang yang lalai. Ampuni dosa-dosaku, wahai Tuhan Semesta Alam. Maafkan segala kesalahanku, Wahai Yang Mengampuni setiap hamba-Nya yang memohon ampunan."
"Nun Gusti, jantenkeun saum abdi sapertos saumna jalma-jalma anu bener-bener saum. Sareng ibadah peuting abdi kaasup ibadah aranjeunna anu bener-bener qiyam. Jaga abdi dina ieu sasih tina sarena jalma-jalma anu lalawora. Mugi dihapunten dosa-dosa abdi nun Gusti anu murbeng alam. Lubarkeun sadaya kelepatan abdi, Nun Gusti Anu Ngahapunten ka satiap abdi-Na anu nyuhunkeun pangapunten"
Ketika kita meneguk air untuk menghilangkan rasa dahaga di tenggorokan, kita sering berkata, "alhamdulillah kita tamat puasa hari pertama." Begitipun ketika selesai melakukan shalat malam (terawih), dalam keadaan lemah kita berkata seperti itu pula.
Pertanyaan mendasarnya, apakah kita memang benar-benar berpuasa? Apakah kita benar-benar shalat malam? Di saat banyak hadis menyebutkan bahwa puasa kita hanya haus dan cape saja, dan shalat malam kita hanya berdiri saja. Pada hakikatnya kita tidak berpuasa dan tidak shalat malam.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda:
Artinya, "Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan hausnya saja. Berapa banyak orang yang bangun malam, tidak mendapat pahala kecuali hanya bangun malamnya saja." (H.R. Hakim)
Benar kita merasakan lapar dan karena tidak makan dan minum seharian. Tapi, itu belum tentu disebut berpuasa. Salah satu hakikat berpuasa direkam dalam hadis di bawah ini
Dinukil dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda:
Artinya, "Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji".
Salah satu hakikat berpuasa adalah meninggalkan perkataan yang tak bermakna atau bahkan keji. Itu adalah hal yang sangat sulit bagi kita. Karena pada akhirnya, kita selalu ingin berkata bohong walaupun konteksnya bercanda, kita selalu membuka obrolan dengan kata-kata yang menjurus pada seksualitas. Itulah yang diamanatkan hadis agar kita dihitung sebagai orang berpuasa. Bahkan ditambah dengan meninggalkan perkataan dan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Begitupun dengan shalat malam, kita dengan bangga mengaku bahwa kita bersusah payah melakukannya. Tapi hakikatnya, kita tidak melakukan shalat malam, pahala kita nol besar. Ini semua bukan tanpa sebab, karena shalat yang kita lakukan tidak dibarengi dengan keseriusan dan hanya formalitas, tak dibarengi dengan kekhusuan dan ketundukan.
Sehingga di akhir kita katakan, apakah kita masih bisa mengklaim bahwa ibadah ramadhan kita sudah sangat full. Kita percaya diri bahwa kita sudah melakukan ibadah puasa dan shalat malam. Tapi faktanya? Tidak.
Faktornya hanya dua, kita mungkin terlalu percaya diri dengan apa yang kita lakukan ataukah kita tak sadar diri dengan tidak mengetahui hakikat puasa dan shalat malam. Maka menjadi PR kita untuk mempelajari terlebih dahulu hakikat keduanya, sehingga kita terlalu percaya diri.