Idul Fitri dan Saling Memaafkan sebagai Implementasi Kembali ke Fitrah
Idul Fitri yang dinanti datang sudah. Lantunan takbir yang menggema sejak petang kemarin menjadi pertanda bahwa kita sudah berada di babak baru. Babak dimana kita kembali ke fitrah. Kembali pada kebersihan jiwa.
Kembali ke fitrah. Ya, hari ini kita semua kembali ke fitrah. Kembali ke dalam kesucian. Sebagaimana yang telah dijanjikan ALLAH bahwa siapapun hamba-Nya yang menjalankan ibadah puasa dan menghidupkan malam Ramadan akan diberikan ampunan yang sebesar-besarnya.
Meski demikian, perlu disadari bahwa konsep kembali ke fitrah tak hanya terkait dengan memperbaiki hubungan dengan ALLAH. Tapi perlu disempurnakan dengan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Atas dasar inilah makanya kita dianjurkan untuk saling meminta dan memberi maaf pada setiap momen Idul Fitri.
Meminta dan memberi maaf. Ya, ada dua aktifitas yang kita lakukan disini. Keduanya saling berkait dan menjadi prasyarat bagi kita dalam menggapai tujuan kembali ke fitrah.
Mengapa kita harus meminta maaf ? Mengapa pula kita harus memberi maaf ?
Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia itu tempatnya perbuatan salah. Tak ada yang bebas dari kesalahan. Baik yang disadari maupun tidak. Maka dari itu menjadi kewajiban bagi kita untuk memohon maaf pada siapa saja yang terkait dengan kehidupan kita. Entah keluarga, tetangga, sahabat maupun tetangga.
Ya, meminta maaf adalah sebuah kewajiban. Dalam redaksi hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah memerintahkan pada kita untuk minta dihalalkan manakala kita melakukan kezaliman pada seseorang.
Bila tidak dilakukan, maka di akhirat nanti segala amal kebaikannya akan diberikan pada orang yang dia zalimi tersebut dan atau dosa dari orang yang dia zalimi akan dibebankan padanya sebagai penebus kesalahan.
Pada redaksi lain juga disebutkan dalam hadis riwayat Muslim bahwa seorang muslim tak boleh saling mendiamkan lebih dari tiga hari. Artinya seseorang yang melakukan kesalahan hendaklah bersegera untuk meminta maaf.
Nah, timbul kemudian pertanyaan, ' Apakah permintaan maaf kita itu dilakukan dengan sungguh-sungguh ? Atau hanya ucapan di bibir saja ?'
Ada tiga hal yang perlu kita tekankan sebagai pertanda kita telah meminta maaf dengan sebenar-benarnya.
1. Mengakui sepenuhnya bahwa kita pernah berbuat salah dan membuang perasaan gengsi untuk meminta maaf.
Seperti disebutkan diatas bahwa kita tak luput dari kesalahan. Disadari atau tidak, banyak perkataan maupun sikap kita yang melukai perasaan orang lain. Timbul rasa sakit hati yang tak jarang berujung dendam. Maka dari itu perlu kita tanamkan kesadaran dalam diri bahwa kita pernah berbuat salah dan segera meminta maaf guna memperbaiki keadaan.
Namun terkadang meminta maaf itu menjadi sesuatu yang sulit untuk kita lakukan. Perasaan gengsi, merasa kalah atau lebih rendah menjadi penghalang bagi kita untuk meminta maaf, padahal kita menyadari bahwa kita telah berbuat salah. Alhasil, kita urung untuk meminta maaf.
Sikap seperti ini tentu saja merupakan sebuah kesalahan besar dan harus kita buang jauh-jauh. Bila tidak, keinginan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia yang kita impikan itu tinggal ilusi saja.
2. Meminta maaf dengan rasa ikhlas.
Meminta maaf itu harus dilakukan dengan rasa ikhlas. Merupakan sebuah keinginan yang muncul dari lubuk hati. Bukan hanya basa basi atau kata-kata pemanis di bibir saja.
" Minal aidin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin," dua kalimat singkat ini selalu kita ulang-ulang sebagai ungkapan permintaan maaf kita pada tiap momen lebaran. Namun kata-kata permintaan maaf itu jadi tak berguna ketika tak didasarkan pada rasa ikhlas. Itu sama saja artinya kita tak punya niat untuk meminta maaf.
3. Tekad kuat untuk tidak mengulangi.
Ketika permintaan maaf sudah kita utarakan dan kita diberi permaafan, maka hal yang harus kita lakukan berikutnya adalah bertekad untuk tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut. Caranya, kita perlu membayangkan betapa setiap kesalahan itu pasti menimbulkan sakit hati dan juga dendam karena itu tak baik untuk dilakukan. Bagaimanapun juga rasa sakit hati hanya akan membawa kerugian pada semua orang.
Selain itu, kita juga bisa membayangkan seandainya kita berada pada posisi orang yang disakiti. Tentu kita tak mau bukan? Karena itu mari tekankan dalam hati untuk menjaga diri dari menyakiti orang lain.
Selanjutnya, seperti ditulis diatas, kita juga dianjurkan untuk memberi maaf pada siapapun yang pernah berbuat salah pada kita. Kenapa kita harus memberi maaf ?
Jawabannya sederhana saja.Dengan memberi maaf artinya kita telah menghapus luka batin kita selama ini serta kita telah berbuat baik dengan menghilangkan beban berat bagi orang yang menyakiti kita. Serta membuka jalan bagi normalisasi hubungan kita dengan orang lain.
Selain itu juga perlu kita pahami bahwa memberi maaf itu juga merupakan sebuah kewajiban. Dalam Alquran surat Fushshilat ayat 34 misalnya ALLAH berfirman bahwa antara kejahatan dengan kebaikan itu tidaklah sama, maka kita diperintahkan untuk menolak kejahatan dengan kebaikan.
Pada ayat lain surat Al-A'raf ayat 199 juga disebutkan bahwa ALLAH menyuruh kita menjadi pribadi yang pemaaf dan berpaling dari orang-orang yang bodoh.
Selain itu, Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim juga menyebutkan bahwa ALLAH akan memberi ganjaran kemuliaan bagi orang-orang yang suka memberi maaf.
Namun terkadang memberi maaf itu tidak semudah mengucapkannya. Rasa sakit hati yang timbul sulit untuk dihilangkan. Bahkan tak jarang muncul pikiran buruk untuk melakukan pembalasan.
Bagaimana caranya untuk menjadi pribadi yang gampang memaafkan ? Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan.
1. Yakinkan pada diri bahwa menunda-nunda pemberian maaf adalah sebuah kesalahan dan hanya membawa kerugian bagi diri kita.
Setiap kita disakiti maka akan muncul rasa sakit hati pada diri ini, maka menunda-nunda pemberian maaf sama saja dengan membiarkan rasa sakit itu terus bersarang dalam diri kita.
Ya, dengan tidak memaafkan orang lain artinya kita memelihara perasaan benci dan dendam pada orang lain. Padahal perasaan-perasaan seperti itu hanya akan menjadi beban berat yang makin menyiksa perasaan kita. Karena itu memberi maaf merupakan pilihan terbaik yang akan menguntungkan semuanya.
2. Kita membayangkan betapa gembiranya rasa hati ketika permintaan maaf kita diterima.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah membayangkan kita berada di posisi orang yang meminta maaf dan permohonan maaf kita diterima. Tentu kita akan sangat gembira dan berterima kasih bukan atas maaf yang diberikan ? Karena itu jangan ragu-ragu untuk memberi maaf, karena itu sebuah kebaikan.
3. Memberi maaf adalah sifat yang dicontohkan ALLAH dan para nabi.
Sebagai seorang hamba, kita dituntut meniru sifat-sifat baik yang sicontohkan ALLAH dan para nabi. Salah satunya ya sifat pemaaf ini.
Seperti kita ketahui bahwa ALLAH memiliki sifat Alghafur yakni Maha Pengampun. Ya, meski kita hamba-Nya sering berbuat dosa, tapi ALLAH tetap memberi kesempatan bagi kita untuk bertaubat dan memohon ampun. Bahkan ALLAH dengan mudahnya memberi pengampunan seperti yang baru saja diberikan pada bulan Ramadan kemarin.
DemikIn juga para nabi. Merela dianugerahi sifat pemaaf yang amat besar. Nabi Yusuf misalnya dengan mudahnya memaafkan saudara-saudaranya yang duku pernah mencoba menghilangkan nyawanya. Demikian juga nabi kita Muhanmad SAW. Beliau dengan gampangnya memaafkan penduduk Mekah yang dulu membencinya.
Nah, ketika ALLAH dan para nabi saja dengan mudahnya memberi maaf, mengapa kita tak melakukan hal yang sama?
4. Serahkan semuanya pada ALLAH.
Kadang, yang menjadi ganjalan bagi kita dalam memaafkan seseorang adalah keinginan untuk balas dendam atau melihat orang lain merasakan rasa sakit seperti yang pernah kita alami. Padahal kita tak punya kuasa untuk mengontrol itu semua.
Maka dari itu sebaiknya segala urusan itu kita serahkan pada ALLAH semata. Biarkan ALLAH yang memutuskan apakah akan memberikan hukuman atau tidak pada orang lain. Yang penting kita meyakini bahwa tiap orang akan menerima balasan dari perbuatannya masing-masing. Kebaikan akan berbalas kebaikan dan begitu pula sebaliknya.
Tak ada yang lebih penting selain dari meminta maaf dan memberi maaf pada perayaan Idul Fitri. Karena itu mari kita lakukan keduanya dengan sebaik mungkin demi peningkatan kualitas diri dan pembawa kebaikan bagi kita semua.
Meminta maaf dan memberi maaf bukan sekedar basa basi. Tapi lakukan dengan sepenuh hati. Agar kita kembali kepada jiwa yang suci dalam merayakan Idul Fitri.
Selamat Idul Fitri 2023
(EL)
Yogyakarta, 22042023