el lazuardi daim
el lazuardi daim Wiraswasta

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Merawat Cinta untuk Ramadan yang Telah Pergi

25 April 2023   19:55 Diperbarui: 25 April 2023   19:58 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merawat Cinta untuk Ramadan yang Telah Pergi
Ilustrasi Ramadan. Foto: Pasek Renti/iStockphoto/Getty Images/detik.com

" Sesungguhnya kadar cinta seseorang akan diuji saat berpisah dengan sesuatu yang dicintainya "   (Imam Al Ghazali )

Ramadan, kata yang satu ini tentu tak bisa lepas dari ingatan. Sebagai orang beriman, kita pasti punya rasa cinta pada Ramadan.

Ya, siapa yang takkan jatuh cinta dengan Ramadan. Limpahan rahmat dan kebaikan yang tercurah, keburukan dan dosa yang dicegah, ganjaran pahala berlipat ganda dan juga ampunan atas semua dosa menjadi daya tarik yang membuat semua orang ingin berada di sisinya. Siapa yang tak ingin semua itu. Tentu tak ada yang akan menolak bukan ?

Melihat kepada begitu besarnya kebaikan yang diberikan Ramadan, bagaimana dengan rasa cinta kita padanya ? Seberapa besarkah rasa cinta itu ?

Tentunya jawabannya tak cukup hanya diungkapkan dengan kata-kata. Tapi dalam bentuk aksi nyata.

Berpuasa, menahan segala godaan nafsu, melaksanakan shalat malam, bersedekah, membaca Alquran, meramaikan masjid, menebar kebaikan dan meninggalkan perbuatan dosa adalah bentuk dari rasa cinta kita pada Ramadan yang telah kita buktikan selama ini.

Namun sayang, pertemuan kita dengan Ramadan begitu singkat. Padahal kita tentu saja ingin berlama-lama dengannya. Segala kebaikan yang diberikan Ramadan telah membuat kita benar-benar jatuh cinta padanya.

Nah, ketika Ramadan tiba-tiba meninggalkan kita, bagaimana dengan rasa cinta yang selama ini mulai tumbuh ? Apakah akan tetap kita pelihara ? Atau kita biarkan memudar dan mati perlahan ? Ini tentunya menjadi sebuah ujian bagi kita.

Imam Al Ghazali pernah berkata , 

" Sesungguhnya kadar cinta seseorang akan diuji saat berpisah dengan sesuatu yang dicintainya."

Ya, kadar cinta seseorang akan diuji saat berpisah dengan sesuatu yang dicintainya. Bagaimana kaitannya dengan rasa cinta kita pada Ramadan ?

Rasa cinta itu tentu saja harus tetap kita pelihara. Kita pertahankan agar tetap hidup. Jangan biarkan memudar atau bahkan mati. Karena sejatinya Ramadan itu tidak benar-benar pergi.

Bagaimana caranya kita mempertahankan rasa cinta pada Ramadan ini agar tidak goyah ? Ada tiga hal yang perlu kita lakukan.

1. Menghadirkan Ramadan dalam keseharian kita.

Secara konteks mungkin kita mengatakan bahwa Ramadan telah pergi dan baru akan kembali sebelas bulan lagi. Tapi secara hakikat sebenarnya Ramadan itu tidak pernah pergi. Ramadan akan selalu bersama kita selama kita tak meninggalkannya. Karena itu harus kita hadirkan dalam keseharian kita.

Dalam hal ini kita perlu mempertahankan spirit Ramadan yang telah kita bangun selama ini. Meneruskan kebiasaan baik, beramal salih dan meninggalkan kemaksiatan seperti yang kita lakukan selama Ramadan.

Tapi ini bukanlah pekerjaan mudah. Godaan bernama rasa malas menjadi penghalang utama bagi kita dalam menjalankannya. Namun, selama kita merasa masih memiliki rasa cinta yang besar terhadap Ramadan tentu semua godaan itu takkan sanggup menghalangi kita.

2. Menyadari bahwa Ramadan tak selalu hadir untuk kita.

Sejatinya Ramadan itu akan selalu ada. Ramadan akan selalu hadir sebagai bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah. Tapi Ramadan tak selalu hadir bagi kita.

Ya, ada masanya ketika kita tak lagi bersua dengan Ramadan. Masa ketika kita sudah dipanggil oleh ALLAH SWT. Karena itu mari kita manfaatkan waktu yang masih tersisa agar hidup yang tersisa ini tak terasa sia-sia.

3. Memahami bahwa meninggalkan semangat beribadah diluar Ramadan adalah sebuah kerugian.

Sebagai makhluk kita punya tugas utama untuk senantiasa beribadah kepada ALLAH. Mengerjakan perbuatan amal shalih dan meninggalkan perbuatan dosa. Semuanya mutlak harus kita lakukan sepanjang hidup.

Tapi bagi sebagian orang, mereka hanya terlihat rajin beribadah si bulan Ramadan saja. Artinya, cinta mereka pada Ramadan hanya sekelumit saja. Begitu Ramadan berlalu, semangat beribadah mereka mulai menurun dan rasa malas mulai menguasai diri mereka.

Inilah kerugian yang dimaksud. Orang-orang kehilangan gairah beribadah. Mereka menganggap ganjaran selama Ramadan sudah cukup untuk bekal hidup.

Imam Bisyr Al Hafi pernah berkata bahwa " Seburuk-buruknya orang adalah orang yang tak kenal ALLAH di selain bulan Ramadan. "

Ya, orang -orang yang tak mengenal ALLAH diluar Ramadan adalah seburuk-buruknya orang. Mereka merupakan orang-orang yang merugi karena tak merawat rasa cintanya untuk Ramadan.

Tak ada yang lebih berharga selain rasa cinta yang besar pada Ramadan. Karena mari kita pelihara. Demi hidup yang lebih bermakna.

(EL)

Yogyakarta,25042023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun