Budi idris
Budi idris Guru

Dengan tulisan mari berkarya dan berprestasi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mari Sambut Hari Raya Idul Fitri dengan Hidup Sederhana

30 April 2022   07:26 Diperbarui: 30 April 2022   08:15 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari Sambut Hari Raya Idul Fitri dengan Hidup Sederhana
Sumber gambar:detik.com

Lebaran sebentar lagi tidak terasa bulan ramadhan tinggal tersisa beberapa hari lagi akan berakhir. Mari kita menyambut Lebaran idul Fitri dengan rasa suka cita namun tetap dengan hidup sederhana.

Hidup sederhana saat lebaran mengapa ini yang menjadi judul tulisan ini, dikarenakan saat menyambut lebaran ada kebiasaan yang salah di sebagian besar masyarakat Indonesia yaitu dimana lebaran menjadi ajang pamer kepemilikan barang bahkan adu gengsi seolah-olah ingin menunjukkan ke khalayak ramai dia menjadi orang yang paling sukses di buktikan dengan apa yang di pakainya.

Sederhana dalam menyambut lebaran menjadi salah satu syarat keberhasilan kita di tempa di bulan ramadhan, tidak usah pusing bagaimana menghadapi lebaran biasa saja, santai saja lebaran akan indah jika kita menyikapinya dengan sederhana.

Menjelang lebaran idul fitri ada kecenderungan di masyarakat kita persiapan yang begitu luar biasa, dengan membeli perabotan mewah, pakaian serba mahal dan berbagai makanan untuk hidangan lebaran.

Dikalangan remaja juga demikian modifikasi kendaraan untuk menyambut lebaran fatalnya saat di jalan ugal-ugalan terkadang sampai kecelakaan menyebabkan nyawa melayang.

Sebagian kalangan anak muda ada juga yang berkumpul dan minum-minuman keras, dirasa kurang puas mereka meracik sendiri dengan mengoplos minuman beralkohol dengan berbagai jenis sehingga melewati ambang batas minimum penggunaan alkohol untuk di minum dampaknya banyak yang tewas akibat minuman keras.

Semoga anak-anak kita dan para generasi muda kita di jauhkan dari hal-hal negatif saat menyambut lebaran.

jadi menyambut lebaran dengan baju baru, dengan kendaraan baru Susana rumah yang baru, semua hal tersebut boleh-boleh saja cuma jangan melupakan esensi makna dari idul Fitri itu sendiri yaitu manusia yang baru dalam artian sudah melewati penyucian diri di bulan Ramdhan dan kembali fitrah saat idul Fitri dengan saling maafkan.

Jika kita tidak bisa mengendalikan diri saat menyambut lebaran maka sia-sia perjuangan kita saat berpuasa pada bulan amadhan yang sudah kita jadikan sarana untuk melatih diri untuk melawan hawa nafsu. 

Paling berbahaya lagi jika kita tidak bisa berfikir sederhana saat menyambut lebaran maka kita akan di sibukkan dengan mencari uang lebih dari biasanya dan akan bekerja lebih keras seolah-olah kalau uang tidak banyak lebaran tidak akan terjadi.

Lebaran idul Fitri akan tetap terjadi walau bagaimana pun kondisi kita tampil sederhana dan tampil glamour tidak akan menghambat perjalanan hari raya idul Fitri walau cuma sedetikpun.

Seharusnya kita kembali ke esensi lebaran sebagai hari kemenangan di mana kita menang dalam melawan hawa nafsu saat bulan puasa Ramadhan dan hari lebaran menjadi puncak dimana kita membersihkan diri dari dosa-dosa saling membenci antara kerabat, teman dekat dan orang-orang yang pernah berbicara dengan kita dengan saling memaafkan.

Tetaplah hidup sederhana menjalani hari raya lebaran dengan tidak hidup di luar batas kemampuan kita. Tampil sewajarnya, seperlunya dan tentunya sesuai dengan apa yang ada pada diri kita. Tidak usah pusing memikirkan bagaimana tampil untuk mendapatkan pujian dari orang lain, karena kita bukan kolektor pujian yang itu bisa menyengsarakan hidup kita.

Jangan sampai terjadi pada diri kita saat lebaran kita menjadi orang yang sangat bahagia namun setelahnya kita menjadi orang paling susah di karenakan uang habis tabungan menipis karena berfoya-foya saat lebaran.

Santai saja menyambut lebaran, Mari sejenak kita resapi dan hayati lirik lagu " Baju Lebaran" yang dinyanyikan "Dhea Ananda" yang sering di putar saat menyambut lebaran.

"Baju baru, Alhamdulillah

'Tuk dipakai di hari Raya

Tak punya pun, tak apa-apa

Masih ada baju yang lama"

"Sepatu baru, Alhamdulillah

'Tuk dipakai di hari Raya

Tak punya pun, tak apa-apa

Masih ada sepatu yang lama"

"Potong ayam, Alhamdulillah

'Tuk dimakan di hari Raya

Tak ada pun, tak apa-apa

Masih ada telur ayamnya"

"Bikin kue, Alhamdulillah

'Tuk dimakan di hari Raya

Tak bikin pun, tak apa-apa

Masih ada singkong gorengnya"

"Hari raya Idul Fitri

Bukan untuk berpesta-pesta

Yang penting maafnya, lahir batinnya"

Makna lagu yang penuh dengan pesan moral hidup sederhana apa adanya sambut lebaran dengan yang kita punya, yang paling utama dalam menjalani lebaran bagaimana kita saling memaafkan itu yang paling penting sebenarnya.

Semoga kita tidak terjebak dengan godaan setan yang merusak segala amal ibadah kita saat bulan Ramadhan dengan hidup berlebih-lebihan saat lebaran.

Jadi mari kita bertanya dalam diri kita apakah sudah kita meminta maaf kepada orang-orang yang kita kenal, apakah kita sudah memaafkan kesalahan orang-orang kepada kita. Hanya kita yang tahu jawabannya.

Memaafkan bukan sekedar lahiriyah saja yang di ucapkan dengan lisan namun dalam meminta maaf sebaiknya lahir dan batin sehingga kesucian diri bisa didapat dengan sempurna.

Semoga lebaran idul fitri tahun ini menjadi lebaran paling bahagia bagi kita, mari sucikan hati, perbaiki lisan, perbuatan dengan hidup sederhana.

Akhirnya selamat menyambut lebaran idul Fitri 1433 H mohon maaf lahir dan batin untuk seluruh pembaca semua.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun