Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.
Sehat dan Fit Selama Ramadan bagi Penderita Stroke
Ada pertentangan batin, antara memenuhi kewajiban dan menimbang kesehatan. Bagaimana penderita stroke berpuasa, tapi tetap sehat dan fit?
Penyakit menahun atau kronis adalah penyakit tidak menular. Akibat diet buruk, pengaruh lingkungan termasuk merokok dan minuman alkohol, dan karena keturunan. Meliputi gagal jantung, diabetes, hipertensi, dan stroke.
Hampir lima puluh dua bulan lalu, darah berhenti memasok kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi jaringan otak. Ada sesuatu yang menyumbat.
Sejak saat itu saya rajin, kalau tidak mau dibilang terpaksa, minum obat atas resep dokter spesialis. Penurun tekanan dan pengencer darah menjadi konsumsi seumur hidup.
Lainnya adalah obat meningkatkan kemampuan memori dan vitamin penguat sistem saraf. Belakangan ditambah obat penurun kadar kolesterol dan trigliserida.
Awalnya sempat ragu untuk ikut melaksanakan kewajiban tahunan bersama mereka yang normal. Apa saya mampu berpuasa?
Saat itu dokter menyarankan agar tidak berpuasa, karena mungkin kondisi belum stabil. Jadi saja bolong. Tidak berpuasa di Ramadan tahun 2019. Baru pada tahun berikutnya berpuasa.
Ternyata empat kali berpuasa Ramadan (2020-2023) tidak membuat kesehatan saya memburuk. Bahkan pengalaman selama berpuasa, tekanan darah cenderung stabil. Badan sehat dan fit, asalkan tidak berlebihan ketika menyantap makanan buka puasa dan sahur.
Menu makan tidak berbeda dengan hidangan di hari biasa. Makan makanan direbus, dikukus, atau dipenggang. Menghindari gorengan, makanan berlemak, makanan/minuman tinggi garam atau gula, dan lainnya yang sekiranya akan meningkatkan risiko bagi penderita stroke.
Belakangan diet lebih ketat lagi, akibat kolesterol dan trigliserida tinggi. Tidak makan nasi, roti dan olahan terigu, susu hewani, dan sebagainya.