Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.
Tak Perlu Jauh Cari Makanan Sumber Serat untuk Sahur, di Sini Ada
Serat pangan dalam makanan merupakan unsur dari tumbuhan. Dapat dimakan dan membantu kelancaran proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia (lengkapnya di sini).
Situs lain menyebutkan bahwa serat adalah sumber gizi penting untuk:
- Melancarkan pencernaan,
- Mengoptimalkan penyerapan nutrisi lainnya dari makanan,
- Menjaga daya tahan tubuh,
- Mengontrol kadar gula darah agar tetap normal,
- Mempertahankan berat badan dalam kondisi ideal.
Informasi tentang manfaat dan sumber serat pangan dengan mudah dapat dicari di mesin perambah.
Saya tidak hendak mengulang cerita yang sama, tetapi lebih berkisah tentang cara dan lokasi perolehan makanan sumber serat.
Ada tiga jenis makanan sumber serat pangan yang biasa saya konsumsi, yaitu sayur, buah, dan beras merah.
Beberapa waktu lalu saya mengganti nasi dari beras putih ke beras merah. Beras merah merupakan biji-bijian utuh mengandung kandungan serat lebih tinggi daripada beras putih.
Perbedaannya saya cari di Google. Dengan mengetik "serat dalam beras merah" dan "serat dalam beras putih", maka diperoleh informasi berikut:
- Terdapat 1,8 gram serat dari tiap 100 gram beras merah.
- Hanya 0,6 gram serat dalam 100 gram beras putih.
Sayur dan buah dari warung atau penjaja keliling/pedagang kaki lima. Beras merah saya beli dari toko ritel. Semuanya berlokasi /beredar dekat rumah.
Warung dalam radius 500 meter menjual beragam sayur hasil panen dalam negeri.
Kadang mereka mendagangkan pisang meja (pisang yang dapat langsung disantap setelah dikupas). Atau, membeli pisang di pedagang pikulan.
Di tepi jalan raya dekat rumah juga terdapat penjual pepaya kalina (sebagian orang menyebutnya Kalifornia agar terdengar keren), pisang, alpukat, jambu kristal, dan buah musiman.
Beras merah dibeli di toko retail modern atau di toko beras, yang terletak tidak jauh dari rumah.
Sayur dan beras merah yang sudah diolah serta buah tidak hanya untuk menu sahur, mereka juga menjadi bagian dari menu berbuka puasa.
Hingga kini saya merasa bahwa proses pencernaan dan pengeluaran hasil berjalan lancar, kendati tiap hari minum beragam obat yang berpotensi menyebabkan sembelit.
Untuk mendapatkan makanan kaya serat tersebut, saya membelinya di warung, penjaja keliling, pedagang kaki lima, atau di toko ritel modern yang semuanya berada di dekat rumah.
Tidak perlu pergi jauh seperti ke pasar swalayan di pusat kota.
Pun tidak perlu menukar sejumlah uang dengan sayur (kecuali bawang putih) atau buah impor.
Bukankah wujud hasil akhirnya sama?