Budi Susilo
Budi Susilo Lainnya

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Arti Finansial Sehat Menurut Pedagang Kecil

19 Maret 2024   13:08 Diperbarui: 19 Maret 2024   13:12 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arti Finansial Sehat Menurut Pedagang Kecil
Bu Yanti penjual nasi uduk, lontong bumbu, dan gorengan (dokumen pribadi)

Duh, bahas pedagang kecil lagi. Lagi-lagi mengulas pedagang kecil. Tahu apa sih mereka tentang finansial sehat?

Menukil investopedia, kesehatan finansial adalah keadaan dan stabilitas keuangan pribadi berikut kegiatan menjaga keuangannya. Meliputi jumlah tabungan, penyisihan uang untuk pensiun, dan pengeluaran tetap atau biaya yang tidak dapat dihindari.

Kemudia para pakar menuliskan empat komponen utama penentu finansial sehat, yaitu:

  • Pengeluaran. Belanja mestinya lebih kecil daripada pendapatan.
  • Tabungan. Penyisihan untuk simpanan berlikuiditas tinggi dan penempatan dana jangka panjang seperti deposito dan investasi risiko rendah.
  • Pinjaman. Utang yang proposional dengan pendapatan (rasio utang terhadap pendapatan kurang dari 30%).
  • Perencanaan keuangan. Dibuat untuk pencapaian tujuan hidup melalui pengelolaan keuangan terencana (berumah tangga, beli rumah/kendaraan, biaya pendidikan anak, dana pensiun, dan seterusnya).

Apabila seseorang memiliki pendapatan  tetap atau penghasilan cukup, seyogianya ia menunaikan empat komponen utama tersebut. Menjalankan finansial sehat dan hidup tenang.

Bagaimana dengan mereka yang berpenghasilan tidak menentu dan hanya cukup untuk hari itu?

Kebetulan sekian hari menjelang datangnya Ramadan saya mampir di lapak penjual nasi uduk, pesor (lontong bumbu), dan gorengan.

Kendati tidak khusus menjual kopi seduh, saya memesannya segelas. Biasa, cari inspirasi sambil ngopi dan nyomot dua potong tempe.

Menurut saya, di kedai semacam ini menghabiskan lima ribu perak bisa mendapatkan kenyamanan. Bagi penjual, berapa pun belanjanya yang penting jajan. Harapannya, modal ditanam dapat berputar.

Karena waktu itu macet ide, akhirnya ngopi dilanjutkan dengan omon-omon tidak jelas. Membincangkan tentang hal yang kurang lebih substansinya sebangun dengan empat komponen utama di pembukaan artikel.

"Boro-boro menabung. Duit yang ada gak ke situ gak ke sono."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun