Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.
Kreasi Outfit Pakai Sarung Tanpa Mengurangi Makna Lebaran
Bisa jadi pada hari-hari ini sebagian orang sibuk mematut-matut, memikirkan outfit yang akan dikenakan pada Idulfitri sebentar lagi.
Kalau perlu berangkat ke toko baju atau pusat grosir pakaian berburu baju lebaran kekinian. Tiap tahun dandanan untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan bisa saja berganti model.
Tidak ada yang salah dengan antusiasme tersebut. Menjadi perkara apabila kehendak tersebut dipaksakan.
Daripada berlomba-lomba mencari baju baru, kenapa tidak melongok tumpukan pakaian di lemari? Barangkali di sana ada setelan yang masih bagus. Atau hem yang hanya dipakai setahun sekali.
Belakangan saya menjadi jenis manusia yang menggunakan pakaian tahun lalu untuk outfit lebaran.
Di lemari masih menggantung baju yang baru digunakan satu atau dua kali. Ditambah, sarung belum pernah dipakai.
Sandal kulit bertali pun masih tampak bagus, karena jarang diinjak.
Hanya kopiah yang mesti beli baru, mengingat yang sudah ada mulai kusam di beberapa bagian.
Nah kenapa tidak mengombinasikan mereka menjadi outfit pada lebaran nanti?
Saya akan menggunakan sarung untuk bawahan. Atasannya apa? Baju koko lengan panjang? Hem lengan pendek? Atau kaos polo?
Saya memadukan kaos polo, sarung, sandal kulit bertali, dan peci baru. Tidak perlu menambah pernak-pernik.
Dengan demikian penampilan tidak terlalu "formal" lebaran, tetapi terlihat kasual. Santai, namun tetap rapi untuk bersilaturahmi.
Saya kira penampilan sederhana tapi rapi itu tidak mengurangi makna silaturahmi pada Idulfitri.
Simak reel berikut: