Budi Prasetyo
Budi Prasetyo Administrasi

Pembaca isu sosial, kebijakan, pembangunan, korupsi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadan, Atun, dan Insentif Ekonomi

24 Maret 2024   09:15 Diperbarui: 24 Maret 2024   10:02 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan, Atun, dan Insentif Ekonomi
Sumber: bpi.kemendesa.go.id

Dalam Kamus Bahasa Sunda terbitan Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), Ngabuburit berasal dari kalimat ngalantung ngadagoan burit. "Burit" berarti sore atau petang. Sehingga Ngabuburit-sebagai kata kerja, punya makna melakukan kegiatan untuk mengisi waktu seraya menyongsong tibanya sore hari, atau pada bulan Ramadan menunggu waktu berbuka puasa.

Dalam perkembangannya penggunaan istilah Ngabuburit tak hanya lazim dijumpai di wilayah Pasundan atau Jawa Barat saja, namun juga menyebar ke berbagai daerah lain di Indonesia. Tentunya dengan beragam aktivitas Ngabuburit sesuai kearifan lokal masing-masing daerah.

Di Lamongan - Jawa Timur misalnya, masyarakat mengenal tradisi Kumbohan, yakni aktivitas berburu ikan di Sungai Bengawan Solo. Air sungai yang biasanya surut pada sore hari memudahkan mereka untuk menangkap ikan. Setelah itu, ikan hasil tangkapan dimasak dan disajikan sebagai menu buka puasa.

Ada pula Festival Meriam Karbit di tepian Sungai Kapuas Pontianak -- Kalimantan Barat. Permainan rakyat ini, dalam sejarahnya, pertama kali diperkenalkan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie sebagai seorang pendiri sekaligus sultan pertama Kerajaan Pontianak. Konon meriam karbit dibunyikan untuk mengusir perompak kala itu. Selain itu, bunyi meriam juga disebut untuk mengusir hantu.

Sedangkan di Majalengka, masyarakat di sana biasanya mengisi waktu ngabuburit dengan bermain layang-layang. Mereka menerbangkan layang-layang yang unik dalam berbagai bentuk dan ukurannya. Tradisi yang sudah turun-menurun ini pun masih bertahan hingga kini.

Di banyak tempat, saat sore tiba, juga sering kita jumpai pasar kaget atau Pasar Ramadan. Pasar Kaget merujuk pada kemunculan atau keberadaan pasar pada waktu tertentu saja. Pasar menyajikan banyak ragam dagangan, salah satunya berbagai jenis jajanan atau takjil-sebutan lazim makan untuk buka puasa. Tiap daerah tentunya juga punya keunikannya masing-masing.

Seperti masyarakat Aceh yang suka berburu takjil kue Bhoi, Timpan, ataupun Mi Caluk dengan cita rasa pedasnya. Di Jakarta ada es campur, aneka macam gorengan, juga Soto Betawi. Lain lagi di Yogyakarta ada Tiwul-makanan khas Gunung Kidul, Gatot, hingga Kolak. Sedangkan di Banjarmasin ada Bingka Kentang, Amparan Tatak Pisang, Papari, juga Ipau.

Insentif Ekonomi

Sebagai bangsa Indonesia, kita patut bersyukur, dengan anugerah Tuhan akan kekayaan budaya, tradisi, hingga ragam kuliner. Dimana pada momen Ramadan seperti ini, keragaman yang berpadu dengan puncak kebutuhan (demand) masyarakat bisa menjadi kekuatan stimulus yang mumpuni bagi gerak riil roda ekonomi masyarakat.

Menjadi simboisis ekonomi mutualisme ketika keberadaan individu yang saling membutuhkan, saling menyuplai, dibarengi dengan kemampuan daya beli sekaligus daya suplai bertemu pada satu titik temu. Titik temu, baik tempat maupun waktu: Pasar Ramadan.

Maka momentum positif seperti ini menjadi penting untuk bisa diduplikasi-modifikasi, sehingga frekuensi titik temu itu menjadi semakin tinggi. Alhasil, roda ekonomi riil akan bergerak stabil-tidak tersendat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun