bustanol arifin
bustanol arifin Full Time Blogger

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Menghindari Gaya Hidup Konsumtif di Bulan Ramadan

11 Maret 2025   17:41 Diperbarui: 11 Maret 2025   19:17 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghindari Gaya Hidup Konsumtif di Bulan Ramadan
Kesibukan berburu takjil di Bendungan Hilir, Jakarta Selatan pada hari pertama Ramadhan Senin (6/5/2019).(KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN)

Bulan suci Ramadan semestinya jadi momentum bagi seorang muslim untuk meningkatkan nilai spiritual dan sosialnya. Sebab, tujuan diwajibkannya ibadah puasa di bulan suci Ramadan dalam rangka meningkatkan iman dan takwa, sekaligus melipatgandakan amal kebaikan orang yang berbuat baik.

Makanya, disebut juga dengan bulan ibadah karena di dalamnya penuh dengan ampunan dan kasih sayang Allah bagi orang-orang yang berdoa. Bulan pendidikan, sebab selama satu bulan lamanya, mendidik diri untuk menahan hawa nafsu serta menajamkan empati.

Sayangnya, bulan yang identik dengan ibadah puasa dan mengajarkan kesederhanaan hidup ini justru terkontaminasi dengan budaya konsumtif kebanyakan masyarakat. Banyak orang yang berpuasa justru semakin banyak pengeluaran alias boros.

Bila dicermati, seyogyanya pengeluaran untuk makanan dan minuman di bulan Ramadan lebih sedikit dibandingkan bulan-bulan lainnya. Sebab, mengurangi jatah makan siang bagi orang yang makan tiga kali sehari. Sementara sarapan, dialihkan ke sahur dan makan malam di waktu maghrib.

Faktanya, justru pengeluaran untuk konsumsi makanan, barang dan jasa masyarakat Indonesia lebih besar dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Merujuk pada survei Populix 2022 yang dipublikasikan oleh databoks.katadata.co.id menyebutkan pengeluaran konsumen melonjak hingga 50% saat Ramadan.

Riset Bank Syariah Indonesia (BSI) juga mengungkapkan bahwa 84,4% masyarakat mengalami peningkatan pengeluaran selama bulan Ramadan. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat pengeluaran terbesar, dengan rata-rata mencapai Rp5,05 juta per orang selama Ramadan.

Pada Ramadan 2024 lalu, belanja makanan dan minuman mendapatkan alokasi anggaran paling tinggi hingga mencapai 45%, disusul oleh kegiatan sosial atau sedekah sebanyak 22%, 17% untuk transportasi dan 16% sisanya digunakan untuk membeli hadiah.

Selain itu, transaksi di pusat perbelanjaan juga meningkat sampai 30 persen selama Ramadan dan menjelang lebaran. Berdasarkan laporan dari InMobi dan Glanci, generasi X adalah yang paling boros, disusul oleh generasi milenial dan generasi Z.

Fot warga membeli makanan untuk berbuka puasa di Pasar Takjil Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Pusat | Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Fot warga membeli makanan untuk berbuka puasa di Pasar Takjil Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Pusat | Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha

Komersialisasi Bulan Ramadan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

12 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY CHALLENGE

Mystery Challenge 2
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 10 
13 Mar 2025
Ramadan dan Kesehatan Mental
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 11
14 Mar 2025
Diet Sampah Saat Ramadan
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 12
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Cara Seru Nunggu Bedug di Ketemu Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun