Tradisi Masyarakat "Serawai" Bakar Tempurung Kelapa pada Malam 27 Ramadan, Apa Maknanya?
Bismillah,
Masyarakat Serawai adalah penduduk asli yang tinggal di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Seluma Provinsi Bengkulu mempunyai tradisi unik yaitu membakar tempurung kelapa pada malam 27 ramadan.
Ditengah kemajuan teknologi hari ini, dimana penerangan dengan menggunakan listrik sudah hampir merata di semua pelosok negeri, tapi tradisi unik ini masih tetap eksis.
Bahkan belakangan ini tradisi tersebut mendapatkan dukungan positif dari pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan dan Seluma (Seluma hasil pemekaran kabupaten Bengkulu Selatan).
Lalu seperti apa tradisi ini dilaksanakan?
Sebagaimana kebiasaan masyarakat di era dahulu kala, ketika ingin mengambil santan buah kelapa untuk digunakan bahan berbagai masakan atau diolah menjadi minyak kelapa.
Maka buah kelapa dikupas dengan membuang kulitnya, yang dinamakan sabut, lalu dibelah menjadi dua bagian dan daging buah yang masih melekat pada batok atau tempurungnya dikukur/diparut dengan alat khusus yang disebut dengan kukughan (parutan).
Dengan cara begitu praktis tempurung kelapa masih tetap utuh menjadi dua bagian dan tempurung inilah nanti yang akan dibakar pada malam 27 ramadan.
Bagaimana Tekniknya?
Beberapa hari lagi menjelang malam 27 ramadan, tempurung kelapa yang sudah cukup banyak terkumpul tersebut dijemur pada sinar matahari agar tempurung benar-benar kering.