Tradisi Ang-pau Lebaran itu pemborosan (burn money)?
Lantas apa perbedaan dari kedua momen tersebut?, Toh akhirnya masing-masing anak akan mengumpulkan uang dengan hasil sama besar yakni Rp200 ribu juga khan.
Namun dari segi transaksi uang, pada momen pertama setiap keluarga mengalami 5 transaksi pembagian uang. Jika 5 keluarga, maka total transaksi menjadi 25 kali(5x 5 keluarga).
Tetapi pada momen kedua, setiap kepala keluarga akan memberikan ke 4 keluarga pada anak-anaknya sebanyak 20 transaksi ( 4 keluarga x 5 anak), dan total transaksi yang terjadi adalah 100 transaksi (20 x 5 keluarga).
Transaksi tersebut dikenal dengan perputaran uang (velocity money).
Lantas apa dampak positif yang terjadi dengan peningkatan signifikan transaksi uang tersebut?. Salah satunya adalah perbedaan dari utilitas/pemanfaatan uang. Walau hasil akhir masing-masing anak adalah sama-sama mendapat Rp200 ribu, tapi adnya perbedaan proses akan merubah pemanfaatan aau utilitas uang.
Seorang anak yang mendapatkan uang secara langsung dari ayahnya, maka niat berbelanja (menggunakan) uang sekedar kepentingan pribadi saja, misal untuk membeli sepatu atau baju baru.
Namun berbeda dengan penerimaan uang dari orang lain secara bersama-sama. Dengan berkumpul bersama-sama saudaranya, niat belanja uang akan lebih variatif. Misalnya, nonton bersama, makan-makan di resto, nongkrong di kafe, atau belanja lainnya.
Bisa dibayangkan pergerakan aktivitas ekonomi yang terjadi pada momen kedua dibandingkan momen pertama. Hal berikutnya, karena tradisi ang-pau terjadi dalam perisitiwa mudik. Maka setiap anak akan berbelanja di daerah kampung halaman, maka pergerakan ekonomi di daerah dibandingkan kota besar.
Apalagi jika dihitung traksaksi uang berikutnya. Karena bioskop, resto atau warung kuliner, kafe di daerah bergairah, maka selain pemiliknya mendapat keuntungan dan setiap pegawai mendapat gaji, mereka akan memanfaatkan uang perolehan (gaji) sesuai kepentingannya di daerah masing-masing.
C. Simpulan
Jadi dapat disimpulkan secara sederhana (karena saya bukan ekonom yang perlu dibuktikan dengan riset penelitian) bahwa tradisi ang-pau tidak sekedar membuang uang (burn money) dengan percuma. Kekuatan ekonomi suatu negara bukan berdasarkan jumlah dana pemerintah yang dimiliki semata, namun seberapa besar pertukaran transaksi uang dan usaha yang terjadi (velocity money and business) dari masyarakat dan dikenal dengan power buying atau daya beli masyarakatnya.
Mungkin sangat benar jika disebutkan bahwa Indonesia adalah negara ajaib. Ketika dunia mengalami kondisi ekonomi yang buruk, justru Indonesia mengalami imbas ekonomi yang tidak parah karena masih memiliki pertumbuhan ekonomi positif 4-5% dibandingkan negara lainnya yang justru mengalami ekonomi negatif.