Agus Zain Abdullah ElGhony
Agus Zain Abdullah ElGhony Guru

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Ikhlas Sama dengan Berpuasa dengan Cinta

28 April 2021   17:14 Diperbarui: 28 April 2021   17:31 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikhlas Sama dengan Berpuasa dengan Cinta
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ikhlas adalah kunci diterimanya amal oleh Allah. Ikhlas secara sederhana berarti seseorang mengerjakan sesuatu hanya karena ingin mendapatkan sesuatu dari Allah. 

Dengan hanya mengharapkan pahala dari Allah berarti kita menomersatukan Allah dalam kehidupan kita. Maka jika kita mengerjakan ibadah kepada selain Allah, maka kita menduakan Allah dalam ibadah kita. Namun banyak orang yang melakukan ibadah, termasuk puasa bukan karena Allah tetapi kepada selain Allah atau sekedar menjalankan fungsi sosialnya di masarakat, rasanya tidak enak kalau tidak puasa ketika semua orang berpuasa.

Penting posisi ikhlas dalam beragama, dijelaskan Allah  dalam Al-Bayinnah " Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Mukhlishina lahuddien  diterjemahkan dengan "memurnikan Agama" yang berarti menjernihkan kembali agama dengan mengerjakan amal hanya karena ketaatan kepada Allah. Saat menafsirkan ayat ini, Ibnu Kastir mengutip ayat yang lain yang dianggap mempunyai makna sepadan dengan ayat di atas yaitu : An-Nahl 36

Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut "
Ibnu Kastir menjelaskan ikhlas berarti dia hanya mengkhususkan amal kepada Allah dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang selain Allah (Thogut).  

Arti Thogut adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah, bisa berasal dari golongan jin, setan dan manusia dan dia tidak keberatan dengan penyembahan tersebut. 

Nabi Isa AS tentu tidak termasuk thogut karena beliau tidak pernah rela disembah oleh umat nasrani. Sedang Al-Qurthubi menjelaskan ayat di atas sebagai dalil wajibnya melakukan amal dengan niat ikhlas, dan ikhlas itu sebagai amaliah hati, yang berarti mengerjakan sesuatu hanya mengharapkan sesuatu dari Allah bukan yang lain. Dan saat menjelaskan "khunafa" Al-Qurthubi mengutip pendapat Ibnu Abbas " yang dimaksud khunafa adalah lurus di atas agama Ibrahim ". Sedang secara bahasa "khunafa'" mempunya arti  lurus dan teguh di atas Islam.

Dari ungkapan Ibnu Kastir dan Al-Qurthubi kita seharusnya semakin yakin bahwa ikhlas itu menjadi nyawa amal ibadah kita, tanpa keikhlasan amal kita hanya akan menjadi seperti robot atau boneka kayu yang tidak bergerak. Jika kita beramal tanpa rasa ikhlas, di depan Allah rasanya kita seperti anak-anak kecil yang mencoba menipu Allah, padahal kita sadar bahwa Allah Maha Mengetahui.

Karena pentingnya ikhlas itu sehingga Allah memerintahkan dalam Az-Zumar ayat 2 :

Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.

Sebagian pengikut tasawuf menerjemahkan Ikhlas beribadah dengan cinta kepada Allah tanpa mengharapkan apapun termasuk surga dan neraka, Rabiah Al-Adawiyah dalam doanya pernah berkata " Ya Allah jika aku beribadah karena mengharapkan surgamu, maka jangan masukkan aku ke dalamnya. 

Jika aku beribadah karena mengharapkan neraka, masukkan aku ke dalamnya. Jika aku beribadah karena mencintaimu, maka aku selalu merindukan cintamu". 

Ungkapan ini sangat terkenal dan dikutip pada mimbar-mimbar dakwah dengan berbagai variasi terjemahannya. Ada ungkapan yang ekstrim tentang ikhlas " Barangsiapa yang beribadah karena mengharapkan surga, maka ia telah musyrik. Barangsiapa yang beribadahl karena takut neraka, maka ia telah musrik. Barangsiapa yang beribadah karena mencintai Allah, maka dia termasuk orang yang ikhlas"

Memang ikhlas hanya bisa dicapai jika dengan mencintai Allah, tetapi tidak ada larangan berdoa mengharapkan surga atau mengharap agar tidak dimasukkan ke neraka, karena doa meminta surga dan menjauhkan siksa neraka banyak diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW.  Ibadah akan lebih indah jika didasari cinta kepada Allah dan rasulNya.

Sebagaimana Allah menjelaskan dalam Ali Imron 31 :
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat di atas yang disampaikan adalah pertanyaan Allah kepada orang yang beriman apakah  mencintai Allah atau tidak ?? jika mencintai Allah maka harus mengikuti Nabi Muhammad SAW.  Dengan hamba mencintai Allah,  maka Allah akan mencintai hamba tersebut dan mengampuni dosa-dosanya. Pertanyaan ayat diatas bukan "Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah", tetapi "mencintai".  Cinta sebagai ekspresi dari keimanan.

Orang yang beriman memang mempunyai ciri orang yang sangat besar cintanya kepada Allah. Sebagaimana Allah berfirman  dalam Al-Baqoroh 165

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah.

Cinta yang besar melandasi keihlasan seorang hamba, karena cinta yang besar akan menjadikan amal terasa ringan. Kebaikan akan mudah dikerjakan tanpa ada rasa berat, semuanya itu dikarenakan cinta yang begitu mendalam kepada Allah sehingga mengalahkan cinta-cintanya kepada selain Allah. 

Jadi saudaraku, kesimpulan dari ikhlas adalah seseorang beriman kepada Allah dalam suka maupun gembira, dalam keadaan Allah mengabulkan doanya atau tidak mengabulkannya. Yang ada hanya amal karena cinta kepada Allah semata, inilah puncak ikhlas. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk menempuh jalan-jalan yang sulit untuk mencapainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun