Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018
Mudik 750 Km dan Waktu 30 Jam, Berani?
Anda akan merasakan "beda tipis nyawa anda" jika melewati lintasan ini di malam hari. Siap-siaplah berkonsentrasi dan banyak doa. Para monster jalanan baik truk maupun bus yang akan membuat degup jantung anda berdetak kencang setiap saat.
Antrian penyeberangan yang mengular membuat anda mandi keringat. Namun, rasa capai anda akan terbayar lunas saat anda melakukan penyeberangan di Gilimanuk. Ya, pemandangan Selat Bali dengan puluhan kapal Ferry yang sedang menyeberang menjadi pemandangan asik. Birunya air laut dan pegunungan menjadi pemandangan yang sulit untuk dilewatkan.
Anda bisa menikmati pemandangan selat Bali dari titik ini. Sambil melepas penat, saya merekam objek dalam jepreatan foto. Dari sini, saya melihat bentangan selat Bali dengan latar belakang pegunungan yang indah.
Saya akan menjawab, mengapa berangkat dari Kota Denpasar harus malam hari. Jawabannya adalah karena Hutan Baluran Kabupaten Situbondo. Ya, saya harus melewati hutan Baluran pada siang hari. Lintasan sepanjang 23 km tersebut telah memberikan rasa trauma pada diri saya.
Perlu diketahui bahwa lintasan ini sungguh gelap gulita pada malam hari. Jalanan banyak yang berlubang. Sekali anda "meleng" maka nikmatilah kecelakaan anda. Dan, saya telah mengalami pengalaman tragis di lintasan ini kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Perjalanan malam hari yang gelap, gerimis dan ganasnya bus-bus antar kota membuat konsentrasi saya terpecah. Ketika habis menyalip beberapa bus dan truk, tanpa sadar saya melewati sebuah lubang yang kedalamannya sungguh miris.
Saya mengalami pecah ban depan. Sepeda motor saya oleng beberapa ratus meter. Antara sadar dan tidak, saya berusaha untuk mengendalikan laju motor. Hanya doa yang saya panjatkan sepanjang motor oleng. Dan, "nyaris" motor saya masuk jurang berbatu.
Bukan itu saja, saya harus mendorong motor di kegelapan malam dengan jalan menanjak dan menurun sepanjang kurang lebih 8 km. Badan mandi keringat serasa habis "sauna", kaki terasa lumpuh dan "hampir pingsan di jalan". Dan, ALLAH SWT Maha Adil. Di kegelapan malam nan sepi, justru ada tukang tambal ban yang menjadi "malaikat" perjalanan mudik saya.