charles dm
charles dm Freelancer

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Koleksi Buku Boleh, tapi Jangan Lupa Dibaca

5 Mei 2021   23:01 Diperbarui: 5 Mei 2021   23:09 2525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Buku Boleh, tapi Jangan Lupa Dibaca
Sejumlah koleksi buku pribadi: dokpri

Keempat, mengoleksi buku adalah bagian dari tindakan regeneratif. Buku-buku yang dikoleksi bisa diwariskan. Orang tua bisa menurunkan koleksinya pada anak. Sejak dini anak didekatkan dengan buku dan membaca. Pada waktunya mereka akan mengikuti jejak baik orang tua.

Kalaupun tidak ada alasan untuk mewariskan pada orang terdekat, koleksi itu bisa bermanfaat untuk para pembaca lain, misalnya untuk kelompok masyarakat yang sangat membutuhkan tetapi tersandung akses dan daya beli.

Untuk alasan tertentu, koleksi itu bisa diperjualbelikan. Apalagi untuk jenis buku-buku langka yang banyak diburu, tidak hanya oleh para kolektor tetapi juga oleh para penjual yang ingin mendapat untung dari setiap buku klasik.

Kelima, dengan membeli dan mengoleksi buku (orisinal, bukan bajakan) kita sebenarnya ikut menjaga industri buku tetap hidup. Melansir Kumparan.com (23/4/2017), dengan penduduk lebih dari 200 juta, pangsa pasar buku di Indonesia sebenarnya sangat besar.  

Namun laporan Ikapi begitu menyayat hati. Rata-rata orang Indonesia hanya membeli 2 buku per tahun.  Jumlah itu sangat kecil bila dibanding negara-negara tetangga. Bila buku adalah jendela dunia, bagaimana nasib bangsa ini di masa depan bila sangat sedikit jendela yang dibuka? Dengan cara apa lagi menstimulus para penulis dan penerbit untuk melahirkan karya-karya bermutu demi mencerdaskan kehidupan bangsa?

Sumber: riri.id
Sumber: riri.id

Jangan lupa dibaca

Apakah saya sudah membaca semua buku yang terpajang di rak pribadi? Bila harus jujur, tentu tidak. Ada beberapa buku baru yang menanti waktu untuk dijamah. Ada juga buku tertentu yang memang dengan sengaja belum disentuh.

Dari pengalaman pribadi, saya kemudian menyadari, membaca dan mengoleksi buku bisa menjadi hal berbeda. Tidak semua buku yang dikoleksi itu dibaca, atau dibaca dengan penuh kenikmatan. Untuk itu beberapa hal ini menjadi catatan, sekurang-kurangnya bagi saya pribadi.

Pertama, buku yang dibeli sejauh dapat dibaca. Alasan tidak sempat dan sebagainya tentu bisa diatasi bila kita mempertimbangkan sebelum membeli buku. Selain harus mengeluarkan sejumlah uang, membeli buku untuk sekadar dipajang membuat kita harus merasa bersalah karena untuk buku yang mubazir itu kita sudah mengorbankan banyak pohon, dari mana kertas berasal.

Untuk mengindari rasa bersalah itu maka perlu mempertimbangkan sebelum membeli buku baru. Misalnya, memutuskan baru akan membeli bila sudah menyelesaikan membaca buku sebelumnya. Atau membatasi kuota membeli buku dalam periode tertentu untuk mengendalikan kecenderungan membeli buku secara membabi-buta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun