charles dm
charles dm Freelancer

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Perjuangan Atlet di Bulan Ramadan, Siasat Mengejar Prestasi Para Pemeluk Teguh

6 April 2022   05:09 Diperbarui: 15 April 2022   21:07 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjuangan Atlet di Bulan Ramadan, Siasat Mengejar Prestasi Para Pemeluk Teguh
Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana berjuang di Korea Open 2022 di tengah bulan Ramadan: Action Images via Reuters/ED SYKES

Ada anggapan bahwa kinerja seorang atlet akan menurun selama bulan Ramadan. Hal ini pun ditunjukkan secara ilmiah. Saat puasa seorang atlet harus mengeluarkan banyak tenaga dan menjaga fokus yang cukup menguras energi, sementara tubuh tidak terhidrasi dengan baik.

Massa tubuh pada banyak atlet menurun sebagai akibat dari penurunan berat badan atau penurunan massa bebas lemak. Soal hidrasi juga menjadi perhatian tersendiri.

Penelitian menunjukkan hasil bervariasi. Melansir theculturetrip.com yang mengutip salah satu penelitian berjudul "Effects of Ramadan Fasting on Health and Performance of Athletes," kinerja seorang atlet akan tetap terjaga selama latihan singat atau pendek.

Sementara itu, bila harus menjalani latihan atau aktivitas berat dalam jangka waktu yang lama atau berulang-ulang maka akan berdampak pada kinerja. Hasil kerja selama Ramadan akan terganggu dan performanya tidak akan sebaik sebelum Ramadan. Hal ini terlihat dari sesi tes yang dilakukan pada sore hari sebelum buka puasa.

Soal penelitian ini bisa dielaborasi lagi. Banyak hal bisa pertanyakan dan diuji lagi. Berbagai tesis itu bisa difalsifikasi atau dicarikan antitesis lain. Agar lebih valid hingga mencapai suatu tesis baru yang lebih kuat, itu pun kalau bisa, tentu diperlukan penelitian lanjutan secara mendalam.

Dilema

Puasa memiliki toleransi. Tidak semua umat Islam diharuskan berpuasa selama Ramadan. Anak-anak, orang sakit atau lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, justru tidak dianjurkan tetapi dengan catatan kompensasi di waktu berbeda.

Begitu juga tidak semua atlet Muslim berpuasa. Sebagai contoh, Tihmina Kohistani, sprinter asal Afganistan tak berpuasa pada 2012 lantaran bulan Ramadan berbarengan dengan jadwalnya bertanding di Olimpiade London 2012. Masih banyak contoh lainnya.

Kondisi tersebut memang dilematis. Latihan keras setiap hari sebenarnya perlu didukung dengan pasokan energi yang memadai. Sementara saat berpuasa sumber energi itu terbatas atau dibatasi pada waktu-waktu tertentu. 

Mereka pun tidak ingin menilai diri, apalagi dinilai sebagai pemeluk gagal. Sebaliknya, bisa tetap bersikap profesional dan memiliki laku spiritual yang konsisten dalam situasi yang pelik ini akan menjadi pencapaian tersendiri. Apalagi bisa berprestasi dengan tanpa melewatkan kewajiban berpuasa. Sukses sebagai atlet sekaligus pemeluk teguh!

Untuk itu, mereka akan berusaha untuk menjalankan dua panggilan itu sekaligus. Dengan catatan bila kondisi tubuh memungkinkan. Mereka kemudian bersiasat dalam asupan. Salah satunya adalah mengkonsumsi karbohidrat dari ubi jalar dan jagung ketimbang karbohidrat dengan kandungan gula tinggi karena lebih cepat dilepaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun