Dari Roda Dua ke Mudik Gratis, Pilihan Hemat Ongkos, Tenaga, dan Lebih Aman
Lebaran 2023 sudah di depan mata. Bahkan auranya sudah mulai terasa dengan sisa beberapa hari lagi menuju akhir perjalanan puasa selama sebulan penuh.
Rindu kampung halaman kian menjadi-jadi. Berbagai persiapan mulai dilakukan agar tiba waktunya meniti jalan pulang ke tempat di mana orang-orang terkasih berada.
Mengingat mudik hanya terjadi sekali setahun, mungkin baru bisa terlaksana tahun ini setelah beberapa tahun terakhir terkendala pandemi Covid-19, maka banyak hal harus disiapkan. Sebut saja buah tangan.
Tak kalah penting adalah rencana perjalanan termasuk moda transportasi yang akan digunakan. Hal ini jelas tidak bisa dianggap sepele. Sebab, sudah sudah menjadi rahasia umum setiap arus mudik tiba, akan terjadi lonjakan arus lalu lintas.
Tahun ini, pemerintah sudah memprediksi akan terjadi lonjakan jumlah orang dan kendaraan yang akan berpindah terutama dari kota (besar) yang satu ke kota yang lain atau dari kota ke desa.
Laman Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah mengeluarkan informasi penting ini. Puncak arus mudik Lebaran tahun ini akan terjadi pada Rabu, 19-Jumat, 21 April 2023. Dengan kata lain, lonjakan arus mudik akan terjadi sejak H-3 dan berpuncak pada H-1.
Kemenhub juga menaksir pergerakan pemudik tahun ini bisa menginjak angka 123,8 juta orang. Penggunaan kendaraan pribadi roda empat diprediksi menjadi pilihan utama yang akan mengangkut 27,32 juta orang atau 22,7 persen dari total pergerakan.
Sebab kecelakaan
Menariknya, informasi pemerintah berdasarkan kenyataan dan proyeksi, masih tetap memasukan kendaraan roda dua dalam hitungan. Tentu karena jumlah orang dan kendaraan roda dua yang tidak sedikit.
Angka-angka tersebut jelas menjadi kabar yang tidak selalu menggembirakan. Di tengah semangat dan sukacita orang-orang untuk merayakan momen spesial di kampung halaman, ada risiko yang mengintai.
Secara umum, angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas masih tinggi. Tiap tahun, rata-rata 27 ribu orang kehilangan nyawa akibat kecelakaan lalu lintas. Hal tersebut setara dengan 3-4 orang meninggal per jam.
Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), menukil detik.com (26/3/2023) menyebut kerugian ekonomi akibat masalah lalu lintas itu mencapai Rp448 triliun-Rp470 triliun (2,9 persen-3,1 persen dari PDB).
Perlu menjadi catatan dan perhatian, mayoritas atau sekitar 73 persen dari kecelakaan lalu lintas itu melibatkan kendaraan roda dua dan roda tiga.
Sebabnya bermacam-macam. Djoko mengutip data Korlantas Polri 2022, penyebab kecelakaan mulai dari pelanggaran kecepatan (34 persen), ceroboh saat berkendara (32 persen), kondisi awal kendaraan (17 persen), melanggar lalu lintas (7 persen), melakukan aktivitas lain (6 persen), dan gagap memberi isyarat (4 persen).
Dari berbagai sebab dan persentase di atas tentu kita bisa memerincinya lebih jauh dan panjang. Intinya, penggunaan kendaraan roda dua tidak bebas risiko, bahkan punya dampak besar bagi keselamatan jiwa, terlepas dari faktor manusia maupun kendaraan.
Kita bisa membayangkan dengan angka pergerakan pemudik dan kendaraan yang tak terkendali selama musim mudik Lebaran, maka potensi masalah yang akan ditimbulkan juga berbanding lurus.
Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub menyebutkan di 2023 ada potensi 25,13 juta unit motor akan digunakan selama periode mudik lebaran 2023. Sepeda motor masih menjadi pilihan utama setelah mobil pribadi yang mencapai 27,32 juta unit.
Mengapa tetap roda dua?
Pemerintah apalagi berstatus selain itu tentu sulit untuk mengontrol pilihan orang saat bepergian. Setiap orang punya alasan tersendiri di baliknya.
Kita bisa menyebut beberapa. Orang lebih memilih kendaraan roda dua karena sifatnya yang praktis, bisa dikendarai kapan saja, melewati berbagai medan, hingga mampu digunakan dengan leluasa di kampung.
Selain itu, soal fleksibilitas. Orang bisa bisa mengendarainya kapan saja bila ingin berangkat. Orang tidak harus terburu-buru mengejar tiket, termasuk juga menyesuaikan waktu keberangkatan bila ada pilihan lain yang lebih murah seperti mudik gratis.
Sudah menjadi rahasia umum, saat musim Lebaran, kebutuhan akan transportasi umum juga meningkat. Orang berlomba-lomba mengejar tiket. Perburuan tiket bahkan sudah dimulai dari jauh hari.
Tidak sampai di situ. Setelah mengeluarkan uang yang tidak sedikit, dengan kecenderungan harga akan lebih tinggi di musim Lebaran, maka mau tidak mau orang harus berpatok pada jadwal keberangkatan dan kepulangan. Tidak ada pilihan waktu lain bila tidak ingin tiket yang sudah dibeli itu mubazir.
Itu berlaku untuk orang-orang yang sudah bisa mengatur jadwal sejak awal. Bagaimana dengan pekerja yang baru mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) menjelang puncak arus mudik? Apakah ada peluang bagi mereka untuk kebagian tiket?
Harapannya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Alih-alih energi dan emosi terkuras untuk berburu tiket, mereka tentu akan memilih kendaraan roda dua sebagai pilihan akhir dan terbaik.
Patuhi aturan lalu lintas
Dalam situasi tertentu kendaraan roda doa menjadi pilihan utama. Namun, sama sekali tidak bebas risiko. Seperti sudah dijelaskan di awal, bahaya pun sudah langsung mengintai.
Karena itu, para pemudik yang terpaksa menggunakan kendaraan roda dua setidaknya perlu memperhatikan sejumlah hal penting ini.
Pertama, memastikan motor dalam kondisi prima. Berbagai komponen kendaraan seperti oli, rem, lampu, bahan bakar, dan sebagainya harus dalam keadaan optimal. Wajib, bagi pemudik untuk melakukan pemeriksaan sebelum tancap gas.
Kedua, saat hendak bepergian para pengendara pun harus melengkapi diri dengan standar keselamatan, terutama perlengkapan berkendara. Helm, jaket, sarung tangan, kaca mata, hingga sepatu.
Ada anjuran untuk mengenakan jaket berwarna terang agar lebih mencuri perhatian pengendara lain. Tingkat visibilitas pengendara lain akan terdongkrak naik dengan pilihan warna pakaian yang mencolok. Dengan demikian, para pengendara akan semakin awas.
Ketiga, tidak hanya kendaraan, tubuh atau fisik pengendara pun setali tiga uang. Jangan memaksakan diri berangkat bila tubuh tidak siap.
Sebelum berangkat pun perlu mendapatkan tidur atau istirahat yang cukup, konsumsi makanan sehat, dan menjauhkan makanan yang banyak mengandung gula sebab akan memantik rasa kantuk di perjalanan.
Saat berkendara pun perlu menyesuaikan dengan kondisi tubuh. Bila sudah ada alarm malah lebih baik sebelum itu, maka baiklah segera mengambil waktu istirahat. Kelelahan bisa menjadi awal dari kecelakaan.
Beristirahat, mencuci muka, hingga peregangan fisik adalah beberapa tip yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kembali kesegaran sebelum melanjutkan perjalanan.
Keempat, memilih rute dan waktu mudik yang tepat. Sebaiknya memilih rute yang aman (jauhkan rute yang buruk, kurang pencahayaan, atau daerah sepi).
Juga memilih waktu terang dan hindari mudik di malam hari agar mengurangi risiko kecelakaan dan kejahatan.
Kelima, hal krusial lain adalah mematuhi peraturan lalu lintas. Sudah disebutkan di atas, salah satu sebab utama kecelakaan adalah kelalaian dan kesengajaan untuk menaati aturan.
Mematuhi rambu-rambu lalu lintas, tidak menyalip kendaraan secara serampangan, tidak melebihi batas kecepatan, dan tidak menggunakan ponsel saat berkendara.
Tidak kalah penting adalah menggunakan kendaraan sesuai porsi dan peruntukannya. Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, tegas menyebutkan sepeda motor hanya dapat digunakan untuk pengemudi dan 1 (satu) penumpang.
Pasal 10 (ayat 4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan, menyebutkan (a) muatan memiliki lebar tidak melebihi setang, (b) tinggi muatan tidak melebihi 900 milimeter dari atas tempat duduk pengemudi, dan (c) barang muatan ditempatkan di belakang pengemudi."
Berbagai tip dan aturan tersebut sesungguhnya tidak hanya membantu pengendara dan penumpang aman dan selamat, tetapi juga berlaku untuk pengendara dan penumpang lain.
Keselamatan adala prioritas. Nyawa manusia jauh lebih berharga dari apa pun. Para pemudik yang menggunakan kendaraan roda dua memang punya alasan kuat untuk pulang kampung dan melakukan perjalanan tertentu.
Di balik itu ada keselamatan diri dan keselamatan orang lain yang dipertaruhkan. Selain bertaruh harta yang paling berharga yakni nyawa, juga ancaman pidana sebagaimana tertuang di berbagai peraturan, salah satunya adalah Pasal 311 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Sekali lagi, bawa orang dan muatan secukupnya!
Mudik gratis
Bila bisa memilih, sesungguhnya ada alternatif lain yang jauh lebih aman, murah, dan nyaman. Mudik gratis.
Pemerintah, perusahaan swasta, organisasi kemasyarakatan, dan sebagainya selalu berinisiatif menyediakan program ini.
Tujuannya jelas untuk melayani dan mempermudah orang untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan ongkos seminimal mungkin.
Kurang apa lagi mudik gratis bila bebas biaya, tersedia berbagai fasilitas yang lengkap dan nyaman, serta menjamin sampai tujuan dengan selamat.
Pertama, yang perlu dilakukan hanyalah mencari informasi selengkapnya terkait penawaran mudik gratis yang saat ini bisa didapat dengan mudah. Namun perlu diperhatikan, carilah informasi di saluran resmi agar mendapat kabar terpercaya.
Jangan sampai terjebak pada informasi hoaks dengan janji manis mendapat tempat duduk ternyata malah harus mengorbankan data pribadi, uang, serta kehilangan waktu berharga.
Kedua, seperti kita tahu, mudik gratis punya berbagai pilihan moda transportasi, antara lain bus, kapal laut, juga kereta. Saat mendaftar pastikan sudah mempertimbangkan secara matang moda transportasi yang mau dipilih.
Ketiga, memang namanya mudik gratis, tetapi tidak otomatis tanpa syarat dan ketentuan. Saat mencari informasi perlu mempertimbangkan setiap ketentuan, kemudian melengkapinya.
Biasanya syarat dokumen standar seperti KTP dan KK. Lalu, bagi yang membawa sepeda motor harus punya SIM C.
Oh ya, bagi para pemudik sepeda motor, opsi mudik gratis yang ikut mengangkut kendaraan adalah pilihan yang sangat layak dipertimbangkan!
Jadi, bisa tetap mengikutsertakan kendaraan roda dua ke tempat tujuan namun sementara waktu ongkos tenaga dan waktu ditipkan kepada layanan pro deo alias gratis itu.