Akhir Ramadhan dan Masjid yang Semakin Kosong
Sepertinya sudah menjadi tradisi di masyarakat kita, keberkahan Idul Fitri itu dimaknai dengan kegembiraan jasmaniah atau yang bersifat duniawi, seperti pakaian baru, perabotan baru, penataan rumah dan juga makanan khas lebaran. Maka tak heran jika mendekati akhir Ramadhan yang padat itu pusat-pusat perbelanjaan dan pasar-pasar.
Nah, ini juga menjadi fenomena unik di negeri ini, di satu sisi masyarakat "dirayu" dengan promo dan diskon yang "gila-gilaan" oleh pengusaha besar. Sementara di sisi lain di sesama masyarakat kecil, para pedagang di pasar-pasar justru menaikkan harga juga dengan tak tanggung-tanggung.
Bulan Ramadhan memang selalu memberikan suasana yang berbeda dan spesial bagi umat muslim di seluruh dunia, dengan tradisi-tradisinya masing-masing. Semua tradisi mungkin punya tujuan baik, hanya saja dalam pelaksanaannya makna dan hakiki dari tradisi tersebut telah terdistorsi.
Tradisi kegembiraan menyambut Idul Fitri dengan sesuatu yang baru dan bagus serta indah itu bukan hanya secara material (duniawi) saja. Tetapi lebih dari itu, kegembiraan menyambut Idul Fitri harus dengan kualitas pribadi dan keimanan serta ketakwaan yang baru, bagus dan indah, karena inilah makna dan hakikat sesungguhnya dari perayaan Idul Fitri.
Ramadhan tentu tak boleh berlalu begitu saja tanpa meninggalkan peningkatan kualitas ibadah, serta kehilangan pahala yang besar khususnya dari 10 hari terakhir Ramadhan yang memiliki banyak keutamaan.
Alangkah indahnya sekiranya semakin akhir Ramadhan semakin penuh mesjid-mesjid kita, semakin rapat shaf-shaf kita, dan semakin banyak sedekah kita, karena itu semua adalah kekuatan kita untuk meraih keberkahan Ramadhan bagi kebesaran dan kejayaan negeri kita.