cipto lelono
cipto lelono Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Pertajam Jiwa dengan Muhasabah Diri Guna Menyongsong Hari Idul Fitri

30 April 2022   05:40 Diperbarui: 30 April 2022   05:45 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tinggal dua hari lagi umat Islam akan memasuki pintu gerbang hari kemenangan. Proses asah jiwa yang dimulai sejak awal ramadhan semoga dapat melahirkan profil jiwa yang makin lembut sehingga bisa menuntun tutur kata, sikap dan tindakan ke arah kemaslahatan umat manusia.

Hari kemenangan adalah keberhasilan orang beriman yang berpuasa dengan landasan iman dapat mengasah jiwanya terbebas dari kotoran-kotoran jiwa yang membahayakan diri dan orang lain. 

Oleh sebab itu penting adanya upaya maksimal di akhir ramadhan dengan melakukan "muhasabah diri" (mengevaluasi diri sendiri) terhadap kotoran-kotoran jiwa berbahaya yang masih menempel kuat di jiwa kita.

Mengapa perlu melakukan muhasabah diri?

Manusia oleh Alloh SWT diberikan anugerah besar guna membaca dirinya sendiri secara apa adanya yaitu "hati kecil" atau "hati nurani. Hati kecil setiap kita akan berkata apa yang sesungguhnya bukan apa yang sebaiknya. 

Hati kecil kita akan berkata apa yang sebenarnya, bukan apa yang seyogjanya. Oleh sebab itu langkah muhasabah diri sangat penting dilakukan guna mengasah jiwa di hari-hari akhir Ramadhan untuk menyongsong hari Idul Fitri. Sehingga hati kecil kita menjadi cermin yang terang benderang atas dosa-dosa kita.  

Apa saja yang perlu dievaluasi (muhasabah diri)?

Muhasabah menjelang akhir Ramadhan setidaknya lebih diutamakan pada kotoran bahkan penyakit jiwa yang sangat membahayakan dirinya dan orang lain. Ada beberapa hal tersebut antara lain:

1) Kotoran jiwa yang berkaitan dengan perbuatan "syirik" (menyekutukan Alloh dengan makhluk ciptaanya). Mengingat masalah ketauhidan adalah prinsip dan pondamental dalam ajaran Islam, maka menjelang akhir Ramadhan perlu melakukan muhasabah diri tentang hal ini. Sebab sebaik apapun dan sebanyak apapun perbuatan kita, apabila masih ada penyakit ini akan tertolak semuanya.

2) Kotoran jiwa yang berkaitan dengan sikap "takabur" (sombong). Sikap ini akan membawa pelakukan pada kehancuran dirinya juga orang lain. Sikap sombong ini bisa disebabkan oleh kekuasaan, jabatan, kepintaran, pendidikan, kekayaan, asal usul, keturunan,dll. 

Sikap sombong akan menghancurkan harmoni sosial di masyarakat. Orang yang yang sombong akan dijauhi oleh orang lain. Salah satu indikator kesombongan yaitu tidak mau minta maaf ketika berbuat salah dan tidak mau memberikan maaf kepada orang yang berbuat salah kepadanya.

3) Kotoran jiwa yang berkaitan dengan "kikir". Penyakit juga membahayakan bagi jiwa seseorang. Sebab bisa berdampak matinya hati seseorang. Sikap ini mematikan rasa peduli sesama dan mengedepankan kepentingan pribadinya secara berlebihan. 

Maka kotoran jiwa ini juga perlu dievaluasi. Kikir dapat mengantar seseorang pada rasa cinta dunia yang berlebihan (wahn). Kecintaan dunia yang berlebihan akan berdampak pada tertutupnya hati dari rasa syukur atas nikmat yang diberikan. 

Sehingga dalam kehidupannya senantiasa dihinggapi penyakit yang tidak pernah merasa puas dengan materi yang diperolehnya.Sikap ini akan mendorong pelakunya menjadi serakah. Oleh sebab itu salah satu nilai yang diajarkan dalam puasa Ramadhan adalah sikap peduli sesama, melalui perintah zakat, infaq dan sedekah.

4) Kotoran jiwa yang berkaitan dengan "malas". Sikap ini akan mendorong pada seseorang tidak bisa diajak melakukan perubahan kea rah yang lebih baik. Sikap malas juga akan membawa seseorang terjebak pada rutinitas semata. 

Sikap ini berbahaya apabila ada dalam jiwa seseorang. Sebab akan mendorong seseorang mencapai keberhasilan dengan mencari jalan pintas. Bahkan sikap malas juga bisa mendorong seseorang menghalalkan segala cara guna mencapai cita-cita idealnya. Sehingga sikap malas bisa mendorong seseorang bersikap tidak jujur, tidak adil bahkan tega melakukan langkah apapun dalam mencapai cita-cita yang diinginkan.

5) Iri dan dengki. Sikap iri hati adalah sikap yang tidak senang melihat orang lain mendapatkan keberhasilan. Sehingga ketika ada orang lain berhasil dirinya merasa tidak terima. 

Sikap ini akan memangkas sikap peduli pada sesama. Sedangkan dengki merupakan sikap yang membenci orang lain yang lebih berhasil. Sikap dengki berpotensi untuk mencelaki orang lain.

Kotoran-kotoran jiwa tersebut berbahaya bagi kesehatan jiwa (nafs) seseorang. Sebab akan menghalangi seseorang mendapat kemenangan yang hakiki dalam proses ibadah puasa ini. Sehingga tidak ada salahnya pada saat akhir ramadhan ini kita perlu melakukan muhasabah diri atas kotoran-kotoran jiwa yang membahayakan baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun