cipto lelono
cipto lelono Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

3 Kelompok Orang dalam Menjalankan Puasa Ramadan, Kita Ada di Mana?

18 Maret 2024   07:54 Diperbarui: 18 Maret 2024   08:17 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Kelompok Orang dalam Menjalankan Puasa Ramadan, Kita Ada di Mana?
Sumber: cahayaislam.id

Bulan suci ramadan adalah training jiwa dengan materi yang beragam dalam waktu yang relatif panjang. Rangkaian kegiatan yang ada adalah satu paket. Maka dalam melaksanakan perintah tersebut secara ideal juga harus lengkap. 

Rangkaian kegiatan ramadan setidaknya meliputi  puasa ramadan, salat tarawih, zakat fitrah, salat idul fitri. Masih ada materi yang dimunculkan di 10 hari terakhir yang mempunyai keistemewaan luar biasa yaitu malam lailatul qodr

Oleh sebab itu agar bisa memperoleh kematangan jiwa, semua rangkaian ramadan harus dijalani. Menu tambahan seperti tadarus al Qur'an lebih melegkapi sajian pengasahan jiwa orang yang menjalankan ibadah bulan ramadan.

Sebagai muslim, kita harus berjuang agar segenap materi training dapat kita ikuti. Jangan sampai kita hanya separoh-separoh. Sebab akan mengurangi kemanfaatan puasa ramadan yang kita jalani. Kecuali kalau ada uzur sakit atau kondisi lain yang tidak memungkinkan kita menjalankan.

Misalnya siang hari puasa, malam tidak salat tarawih juga belum memenuhi kaidah ibadah bulan ramadan. Atau malam hari salat tarawih, namun siang hari tidak puasa juga tidak memenuhi rangkaian ibadah puasa. Intinya dalam menjalankan rangkaian kegiatan ramadan memerlukan kesiapan mental yang kuat. Apalagi rangkaian yang terkait menjemput malam lailatul qodr, akan lebih membutuhkan pemahaman dan semangat yang lebih lagi.

Sekali lagi ramadan adalah bulan diklat/training yang materinya beraneka ragam. Sekian banyak materi tersebut membutuhkan kesiapan mental dan spirit yang maksimal agar bisa menjalankan segenap rangkaian yang ada.

Mengingat waktunya terus menerus selama satu bulan dan materinya juga beraneka ragam, maka tidak semua orang berhasil memperoleh 'legalitas spiritual dengan status lulus'. Maka perjalanan untuk menjalankan rangkaian ibadah tersebut juga sesuai dengan kemampuan masing-masing orang. Dalam praktiknya, pelaksanaan ibadah puasa bulan ramadan lalu memunculkan 'semacam' tipologi berdasar proses yang dijalani.

Pengelompokkan (tipologi) tersebut lebih didasarkan pada perolehan dalam melakukan asah jiwa. Setidaknya ada tiga kelompok orang yang terkait dengan hasil asah jiwa di bulan ramadan.

1) Orang yang baru memperoleh lapar dan dahaga.

Kelompok ini baru mampu pada aktivitas menahan lapar dan dahaga saja. Namun belum berhasil mengendalikan lisan dan perilakunya sesuai aturan yang digariskan. Larangan puasa yang berbentuk non fisik seperti tidak berbicara bohong, mencela orang, ghibah, menahan amarah, dll belum bisa dilaksanakan secara maksimal.

Kemungkinan besar, jumlahnya paling banyak dibanding kelompok yang lain. Pendek kata kelompok ini  baru pada tahap "memuasakan" pisiknya tidak makan dan minum. Namun lebih baik dibanding yang tidak berpuasa tanpa alasan syar'i yang dibenarkan. Aktivitas berpuasanya sudah menunjukkan salah satu bentuk ketaatan, walaupun belum bisa lengkap. 

2) Orang yang berhasil memperoleh kesuksesan ritual ibadah puasa.

Kelompok ini selama berpuasa sudah berhasil meningggalkan larangan-larangan berpuasa, baik larangan fisik maupun non fisik. Kegiatan tadarus qur'an juga diselesaikan beberapa kali, salat tarawih dapat dilakukan satu bulan penuh. Bahkan sepuluh hari terakhir bulan ramadan selalu bermalam di masjid menjemput malam lailatul qadr.

Namun kelompok orang ini masih pada tahap berorientasi pada pemenuhan proses ritual untuk dirinya. Pasca ramadan ucapan dan tindakannya belum mengalami perubahan atau peningkatan derajat kualitas jiwanya. Proses transformasi iman menjadi taqwa belum nampak secara signifikan. Namun kesadaran tentang menjalankan ibadah dilakukan dengan penuh ketaatan.

Kemungkinan besar, kelompok ini jumlahnya lebih sedikit dibanding kelompok pertama.

3) Orang yang mampu menggali hikmah semua aktivitas bulan ramadan.

Kelompok ini sudah mengalami transformasi pada lisan dan tindakannya kearah lebih baik dibanding sebelum ramadan. Perubahan tersebut terjadi terus menerus setelah melakukan aktivitas puasa ramadan. Seiring usianya ucapan dan perilakukanya makin nampak tanda-tanda perubahan menuju jalan ketaqwaan. Melalui ramadan, secara bertahap orang ini mampu menyingkap simbolisasi segenap perintah yang dianjurkan di bulan ramadan. Ia berusaha mempertahankan hal-hal yang sudah berhasil diperoleh selama berpuasa, selanjutnya terus berbenah diri pada puasa-puasa ramadan berikutnya.

Indikassi perilaku yang dapat dilihat antara lain:

  • Lisannya lebih arif dan bijak. Kebiasaan mencela kekurangan orang lain terus berkurang.
  • Persentase ghibah sudah mulau berkurang, seiring kesadaran tentang pentingnya memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat
  • Kesadaran berinfaq dan sedekah makin tumbuh
  • Sikap angkuh dan sombongnya mulai berkurang
  • Ibadah sunahnya makin banyak dilakukan (salat sunah, puasa sunah sering dilakukan)
  • Sudah mulai menjalani proses makan sebelum lapar, berhenti makan sebelum kenyang

Maka dapat dijelaskan bahwa orang yang puasanya berhasil adalah orang yang mampu meningkatkan secara terus menerus nilai ketaqwaannya. Minimal kebaikan yang sudah diperoleh dipertahankan setelah bulan ramadan usai. Sehingga semakin baik puasa seseorang, semakin meningkat kualitas imannya.

Upaya meningkatkan iman menjadi taqwa hendaknya dilakukan secara terus menerus. Ramadan dengan aneka varian amaliah yang disuguhkan menjadi sarana strategis dalam melakukan transformasi iman menjadi taqwa. Ramadan demi ramadan hendaknya dijadikan sebagai sarana meningkatkan kualitas keimanannya.

Pada saat kita berada di kelompok pertama, mari kita tingkatkan pada kelompok kedua, selanjutnya pada saat kita sudah merasa mampu pada kelompok dua, mari kita teruskan untuk berjuang mencapai kelompok ketiga, selama Allah SWT masih mengizinkan kita bertemu dengan ramadan bulan yang penuh keberkahan. Semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun