Ramadan: Bulan Perlunya Iman Mengontrol Kecerdasan Intelektual
Perintah berpuasa hanya untuk orang beriman. Maka orang beriman memperoleh kesempatan dalam meningkatkan derajatnya menjadi orang yang bertaqwa. Dalam konteks ini, maka orang beriman selain harus mengasah aspek-aspek keimanannya yang berkaitan dengan kecerdasan social dan spiritual, juga harus berusaha mengasah kecerdasan intelektual. Betapapun kecerdasan intelektual sangat berguna dalam menajamkan iman seseorang. Allah SWT megangkat derajat orang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Ibarat pisau, iman tanpa ilmu itu tumpul. Sebaliknya ilmu tanpa amal bisa salah arah penggunaanya. Maka iman dan ilmu harus jalan beriringan untuk saling bersinergi agar saling menajamkan. Namun, iman adalah petunjuk, arah dalam pengembagan dan penerapan ilmu. Maka ilmu harus dikontrol oleh iman agar tidak salah arah.
Ramadan bulan yang juga bisa digunakan untuk megasah kecerdasan intelektual. Sehingga bisa menghadirkan orang yang beriman dan berilmu. Sinergi iman dan ilmu akan menjadikan kebermaknaan hidup orang beriman.
4 Kontrol Iman Terhadap Pengembangan Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual adalah bagian dari proses pengembangan ilmu. Melalui kecerdasan intelektual yang dimiliki, seseorang dapat mengembangan ilmu dalam berbagai jenisnya. Oleh sebab itu mengembangkan kecerdasan intelektual adalah proses untuk mengembangan ilmu. Mengingat penerapan ilmu untuk kehidupan manusia, maka proses pengembangannya diperlukan pengontrol agar penerapan ilmu dapat memberikan maslahat bagi umat.
1) Intellectual Integrity (Kemampuan untuk Bersikap Jujur)
Konsep Integritas Intelektual dapat dipahami sebagai kualitas keilmuan yang diperoleh dapat mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang. Dengan kata lain Integritas Intelektual tidak dapat dinilai hanya dengan keilmuannya, namun perilakunya dapat atau patut untuk dicontoh. Oleh sebab itu pengembangan kecerdasan intelektual harus bisa diarahkan pada nilai kejujuran, keberanian mengambil keputusan yang sudah diyakini dan munculnya keterikatan jiwanya dengan sang Khaliq.
Dengan demikian pengembangan kecerdasan intelektual harus mampu diarahkan pada dimensi dan aspek-aspek mentalitas, moralitas serta akhlakul karimah. Iman mempunyai peran sebagai pengarah agar pengembangan kecerdasan intelektual dapat mendorong lahirnya ilmuan yang jujur, berani mengambil keputusan yang benar berdasar keilmuan yang dimiliki serta siap mempertanggungjawannya profesi ilmuannya kepada sang Khaliq. Sehingga pada dirinya dapat dijadikan anutan atau contoh bagi orang lain.
2) Intellectual Humility (Kemampuan untuk Rendah hati/Tawadhu')
Tidak ada manusia yang tidak bisa salah. Maka untuk dapat menyadari bahwa setiap manusia bisa salah memerlukan kecerdasan intelektual. Iman harus berperan agar pengembangan kecerdasan intelektual agar bisa diarahkan pada sikap kerendahan hati dan kesadaran tentang keterbatasan sebagai manusia serta munculnya kesadaran bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Sehingga tingginya ilmu tidak menyebabkan seseorang menjadi takabur dan keras hati.