Hindari 2 Hal Ini dalam Pertemuan "Trah" agar Silaturahmi Tidak Salah Arah
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan perlu memahami tentang maksud dan tujuan.
Itulah sebabnya Islam memosisikan orang beriman dan berilmu mempunyai derajat lebih tinggi dibanding orang beriman tidak berilmu atau sebaliknya orang berilmu namun tidak beriman. Demikian juga tentang pertemuan keluarga "trah" yang banyak diadakan oleh masyarakat.
Maka harus memahami bahwa tujuan utama kegiatan tersebut adalah merajut silaturahmi antar anggota keluarga, sekaligus sebagai wadah mendoakan orang tua yang sudah meninggal dunia. Oleh sebab itu agar kegiatan "temu trah" itu tidak salah arah, maka perlu memahami dua hal berikut:
1) Hindari Pamer Keberhasilan Diri
Tidak semua anggota keluarga mempunyai kesuksesan, khususnya ekonomi. Maka perlu ada pemahaman bersama agar keberhasilan diri masing-masing anggota keluarga tidak dipamerkan dalam kegiatan "temu trah". Tujuannya agar semua anggota keluarga dapat membangun komunikasi lahir latin dalam kegiatan tersebut.
Kalau sampai kita bercerita tentang keberhasilan diri, akan muncul kecenderungan kuat menggangu keterbukaan dalam bersilaturahmi.
Biasanya yang muncul adalah komunikasi dan obrolan yang basi basi. Tidak berbicara dari hati ke hati. Maka ini akan menghambat rajutan silaturahmi. Bahkan kita harus pandai mengalihkan pembicaraan ketika ada anggota keluarga bicara tentang keberhasilan kita.
Kita berbicara yang santai, cerita masa kecil, atau cerita-cerita yang kocak itu biasanya yang membuat hubungan interaksi menjadi cair.
Kita ingatkan perjuangan orang tua, kenakalan kita di masa kecil dan cerita-cerita ringan yang lain yang tidak berkaitan dengan keberhasilan anggota keluarga.
2) Hindari Pamer Keberhasilan Anak
Tidak mustahil anak-anak kita ada yang berhasil, khususnya secara ekonomi. Keberhasilan tersebut adalah salah satu kebahagiaan orang tua. Apalagi sukses ekonomi juga dibarengi dengan taat beragama, gemar bersedekah,dll, menambah kebahagiaan bagi orang tuanya.