Nur Terbit
Nur Terbit Jurnalis

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Membaca Ulang Koleksi Buku di Perpus Pribadi

27 Maret 2024   23:54 Diperbarui: 28 Maret 2024   02:46 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca Ulang Koleksi Buku di Perpus Pribadi
Perpustakaan pribadi (foto Nur Terbit) 

Membaca Ulang Buku Koleksi Perpus Pribadi Selama Ramadan

Mengisi waktu selama berpuasa di bulan Ramadan, tentu setiap orang punya berbagai cara sendiri sesuai minat dan kebiasaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Boleh jadi karena sedang berpuasa, cara "ngabuburitnya" pasti berbeda saat tidak berpuasa yang bisa ngopi-ngopi dan ngobrol di kafe atau di warung pojok. 

Saat berpuasa, bukan hanya diperintahkan menahan lapar dan haus, tapi juga menahan mulut berlaku "ember bocor" yang tumpah dari mulut dengan bsegala ucapan yang tidak bermanfaat. 

Demikian juga yang namanya pandangan mata. Ya mata selama berpuasa, tidak sebebas lagi memandang sesuatu yang "bening-bening".

Lebih amannya memang manfaatkan mata untuk hak yang lebih bermanfaat. Misalnya mereka yang "kutu buku" dan punya hobi membaca, ya lebih baik menyalurkan hobi membaca. Mumpung lagi berpuasa. 

Bang Nur bersyukur, sebab selain hobi menulis dan membaca, maka selama ini mempunyai hobi yang masih berkaitan dengan kegemarab membaca. Yaitu mengoleksi buku. 

Itu sebabnya, meski hanya punya rak buku ukuran kecil dan seadanya, tetap harus ada yang namanya perpustakaan pribadi. Koleksi buku yang semula sedikit, lama-lama memenuhi rak buku. 

Buku-buku yang ada di perpustakaan pribadi itu, dibeli sendiri di toko buku lalu dikoleksi? tidak juga. Kalau pun harus beli, menunggu ada bazar buku murah hehehe... 

Yang pasti, hampir 70 persen buku koleksi di perpustakaan pribadi Bang Nur selama ini adalah hasil dari bazar buku murah. Sebagian lainnya dari penerbit, atau penulis bukunya sendiri karena Bang Nur minta untuk dituliskan resensinya. 

Sebagian kecil lainnya, Alhamdulillah merupakan buku karangan sendiri. Paling tidak, kumpulan tulisan Bang Nur yang sudah dijadikan buku, juga buku antologi yang dikerjakan secara ramai-ramai, atau sekedar Bang Nur sebagai editornya. 

*****

Terus terang Bang Nur sejak lama memang mempunyai obsesi mempunyai rumah baca sendiri. Itu bermula ketika sekitar 40 tahun lalu di Mandai, pinggiran kota Makassar, Sulawesi Selatan, Bang Nur tenggelam bersama buku-buku bacaan. 

Buku-buku tersebut, tidak lain adalah buku inpres yang didrop ke ruang kantor ayah saya, Haji Muhammad Bakri Puang Boko di P&K (sekaranag Diknas) Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Saat itulah muncul kegemaran saya membaca apa saja, termasuk saat itu majalah "Kuncung", dan buku-buku serial petualangan.

Karena sering membaca, tulisan di buku-buku tadi, menghilhami tulisan cerita anak-anak yang saya buat kemudian dimuat di koran tertua di Indonesia Timur, kini sdh almarhum yakni PEDOMAN RAKYAT. 

Kegemaran membaca ini berlanjut hingga ke bangku kuliah di Institut Agama Islam Negeri-IAIN (kini Universitas Islam Negeri-UIN) Alauddin Makassar, bahkan hingga sekarang, dalam mengisi hari-hariku sebagai jurnalis di Harian Sore TERBIT (Poskota Grup) hingga era 2014 silam. 

Selanjutnya Bang Nur pensiun dari media cetak surat kabar dan jadi editor di beberapa media online. Ini atas budi baik teman-teman wartawan yang sudah jadi pengusaha media. Mereka mungkin kasihan kalau harus menganggur. 

Dari dulu, memang obsesi Bang Nur ingin punya perpustakaan sendiri, dimana orang sekitar bisa dengan mudah memperoleh bacaan. Ya semacam taman bacaanlah. Sekarang setelah 50 tahun kemudian, obsesi tersebut baru bisa saya wujudkan. Itupun harus memanfaatkan bekas garasi rumah di Wisma Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, yang sudah lama kosong -- karena memang sudah tidak punya mobil -- yang disulap jadi perpustakaan mini sekaligus merangkap taman bacaan.

Koleksi bukunya masih sedikit karena memang hanya mengandalkan koleksi pribadi. Baik yang dikumpulkan selain dari hasil pembelian di toko buku, pameran buku murah, bazaar buku langka, juga diperoleh karena rajin menghadiri acara peluncuran buku baru dan bedah buku.

Yang terakhir ini, jelas diperoleh secara gratis, cuma-cuma, langsung dari penerbit dan pengarangnya.

Untuk menambah wawasan Bang Nur mengenai bagaimana mengelola taman bacaan, atau lebih luas lagi mengelola perpustakaan untuk umum, juga "dibela-belain" datang ke setiap seminar, workshop, diskusi tentang perpustakaan. 

Baik yang diselenggarakan penerbit Kompas Gramedia, Ikapi, Perpustakaan Nasional, termasuk di antaranya yang pernah digelar di Istora Senayan, JICC.

Bahkan Bang Nur hadir sebagai peserta "Dialog Nasional Soal Perpustakaan" yang pernah diselenggarakan Perpustakaan Nasional di Hotel Borobudur Jakarta.

Narsis di rumah (foto dok Nur Terbit) 
Narsis di rumah (foto dok Nur Terbit) 

Bang Nur yakin, nantinya koleksi buku di taman bacaan mini ini -- nama kerennya: TAMAN BACAAN MASYARAKAT -- akan bertambah seiring adanya perhatian, respon, partisipasi dan bantuan, sumbangan secara sukarela dari teman-teman (salah satunya dari melalui jejaring sosial seperti twitter, blog, facebook).

Obsesi itu, pelan tapi pasti, kini mulai terwujud dan membuahkan hasil. Bang Nur sekarang bersama istri dan anak-anak, dibantu warga kompleks perumahan, memulai dengan program KAMPANYE GEMAR MEMBACA, sekalipun agak terlambat memang. 

Tapi sungguh, ini saya harus akui, adalah merupakan langkah kemajuan yang drastis, bombastis, dalam kehidupan Bang Nur. Terimakasih. 

Salam : Nur Terbit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun