Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?
Pesantren Ramadhan Membentuk Kepribadian Anak Didik yang Luhur
Di gelarnya pesantren ini di tengah masyarakat, adalah ingin adanya nilai-nilai agama dan relegius tertanam pada anak sekolah.
Sebab, selama di sekolah pelajaran agama bukannya bertambah, tapi terus berkurang dari tahun ke tahun.
Roh agama terletak dalam watak tersendiri, berdasarkan pembentukan kepribadian seseorang. Lembaga pesantren di Minangkabau terkenal berbasis surau, dinilai mampu menghadirkan anak didiknya yang santun, tahu dengan budaya malu dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua dengan ciri khasnya, telah diadopsi oleh pemerintah sebagai pengisi waktu luang anak didik yang libur sekolah.
Dan memang pembentukan manusia seutuhnya itu, tak bisa seperti membalik telapak tangan.
Butuh waktu yang panjang, perjuangan yang ekstra, keikhlasan yang tinggi dari sang pendidik.
Keberhasilan pesantren dalam menapaki anak didiknya, adalah permulaan ikhlas dua insn yang menyatu, guru dan murid.
Guru ikhlas mengajar, mendampingi anak siang dan malam, anak juga senang dan ikhlas menerima konsekwensi dari proses pendewasaan jiwa tersebut.