Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Petani

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Ketika Rasulullah Titip Salam

29 Maret 2023   07:06 Diperbarui: 29 Maret 2023   07:31 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Rasulullah Titip Salam
Tiang-tiang | Foto: Dandung N. (Dok. pribadi)

Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Al-Mubarak bin Wadhih, Abu Abdurrahman Al-Handzali. Namun, beliau lebih dikenal dengan namanya “Ibnul Mubarak”. Seorang ulama besar yang senang melakukan perjalanan untuk menimba ilmu, ke Haramain, Syam, Mesir, Irak, Khurasan, dan negara-negara lainnya. Beliau juga berdagang, dengan itu dikenal juga sebagai figur ulama yang kaya raya. Beliau tidak pernah ketinggalan juga melakukan jihat fi sabilillah. Selain itu sejak muda, mulai usia 20 tahun sudah banyak meriwayatkan hadis.

Ibnul Mubarak sangat terkenal sebagai seorang sufi yang mempunyai kisah-kisah yang sangat menarik. Salah satu kisahnya disampaikan oleh Imam Nawawi al-Bantani dalam karyanya Qomi’ut Tughyan menuliskan kisah Abdullah Ibnul Mubarak dengan seorang Majusi atau penyembah api dari Bagdad, Iraq.

Imam Abdullah Bin al-Mubarrak bercerita, pada salah satu musim haji, ketika aku melakukan ibadah haji. Tertidurlah aku di Hijr Ismail. Dalam mimpi aku melihat Rasulullah berkata dengan jelas kepadaku, “Jika engkau kembali ke Baghdad, pergilah ke tempat yang aku pesan. Carilah seseorang bernama Bahram Al-Majusi. Sampaikan salamku kepadanya. Katakan bahwa Allah telah meridhoinya.”

Terbangunlah aku dari tidurku, “Laa haula walaa quwwata illaa billah”. Jangan-jangan ini mimpi dari syetan. Lalu aku berwudhu dan berthawaf, mengelilingi Ka’bah beberapa kali.

Tak lama setelah itu, aku tidur lagi. Tetapi aku bermimpi lagi hal yang sama, terlihat jelas dalam mimpi yang kedua. Bahkan berulang sampai mimpi ke tiga.

Setelah selesai pelaksanaan ibadah haji, pulanglah aku ke Baghdad kembali, dan segera menuju ke tempat sesuai mimpi. Aku pun dapat bertemu dengan Bahram Al-Majusi, seorang pria tua bertubuh besar sekali.

Aku menyapa kepadanya, “Ya Bahram. Salam dari Rasulullah untukmu. Dan Allah telah merodhoi perbuatanmu. Kebajikan apa yang telah kau perbuat itu ?”

Menjawab Bahram Al-Majusi, “Aku telah memberi hutang kepada beberapa orang dengan riba. Menurutku itu perbuatan kebajikan.”

“Bukan. Itu adalah perbuatan haram yang dilarang dalam Agama Muhammad, Islam. Adakah kebajikan lain yang kamu lakukan ?”

“Aku mempunyai empat anak perempuan dan mempunyai empat anak laki-laki tampan. Delapan anak itu saling aku kawinkan.”

“Itu pun haram. Dalam agama Muhammad tidak dibenarkan.”

“Selain empat gadis yang telah aku kawinkan dengan empat anakku laki-laki tampan ada lagi anak gadis cantik rupawan. Karena aku tidak mendapat perjaka yang layak maka aku kawini sendiri anakku.”

“Itu pun haram. Coba ceritakan hal yang lain.”

***

Maka berceritalah Bahram Al-Majusi agak panjang.

“Pada suatu malam, pada saat anakku hendak naik ke tempat tidurku, datanglah seorang perempuan beragama Islam. Ia ingin menyalakan lampunya dari lampuku. Setelah keluar dari rumah. Lampunya padam. Lampunya dinyalakan lagi oleh anakku. Tapi sekeluar dari rumah, lampunya padam lagi. Demikianlah berulang sampai tiga kali.

Kejadian itu membuat curiga dalam hatiku. Aku menyangka kalau-kalau ia mata-mata bagi kelopok orang jahat atau perampok harta. Maka aku ikuti jejaknya sampai ke rumahnya. Kulihat ia sedang ditunggu empat anak perempuannya yang menyambut ibunya dengan ratap tangis iba.

“Ibu, ibu. Apakah ibu membawa sesuatu apa pun untuk kita makan. Kami semua sudah tidak tahan.”

Ibu itu pun menangis tersedu. Sambil bercucuran air mata ia berkata, “Aku segan dan malu kepada Tuhan untuk meminta-minta pada hartawan. Apa lagi dari seorang majusi, musuh Allah.”

Mendengar percakapan ibu dan empat anak itu, segera aku pulang ke rumah untuk mengambil rupa-rupa makanan dan minuman segar. Aku pun bergegas kembali ke rumah perempuan itu. Membawa baki penuh makanan-minuman yang disambut senyum gembira oleh keluarganya.”

***

“Itulah amal kebajikanmu,” kataku kepada Bahram Al-Majusi. “Dan engkau boleh merasa bangga dan gembira. Ada berita yang aku bawa dari perjalanan haji. Salam dari Rasulullah untukmu, dan Allah telah meridhoi perbuatanmu.”

Seketika itu Bahram Al-Majusi membaca syahadat: “Asyhadu an lailaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.” Ia telah membuka hati untuk masuk Islam. Setelah itu karena memang telah tua, Bahram Al-Majusi jatuh sakit, dan menghembuskan nafas terakhir.

Aku pun sempat memandikan jenazahnya. Aku kafankan dan aku sholati. Orang-orang menguburnya dalam Islam. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun