Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.
Mencari Calon Istri?
“Rasulullah ? Katakanlah segera, wahai Fatimah. Berita gembira apakah itu ?”
“Ayahku mengatakan bahwa engkau adalah seorang wanita yang berakhlak sangat baik. Kedatanganku ke sini tiada lain adalah ingin meneladani akhlakmu.”
Hati siapa yang tidak akan menggunung rasanya bila Rasulullah sendiri yang memuji dirinya tentang keutamaan dan kelebihan yang dimilikinya. Rasanya tidak ada kebanggaan diatas dunia ini yang melebihi kebanggaan mendapat pujian yang tulus dari Rasulullah SAW.
Namun, Siti Muthi’ah masih merasa ragu, dan berkata, “Engkau sedang bercanda, sahabatku? Keutamaan akhlak seperti apa yang kumiliki ? Aku tidak merasa mempunyai keutamaan apapun. Aku ini wanita biasa saja seperti yang engkau lihat. Sungguh tidak ada sesuatu yang dapat kusampaikan kepadamu mengenai keutamaan akhlak yang perlu kau teladani. Aku merasa tidak mempunyai kelebihan. Engkau tengah bercanda, bukan”
“Aku tidak berbohong Muthi’ah. Sesungguhnya Rasulullah SAW yang mengatakan demikian. Terimalah berita gembira ini dengan penuh syukur. Ceritakanlah padaku tentang akhlak yang utama itu.”
Sementara Siti Muthi’ah masih terperangah mendengar berita itu. Ia terdiam, sambil tetap berpikir. Bersamaan dengan itu, secara tak sengaja Siti Fatimah melihat sebilah rotan, sebuah kipas dan sehelai handuk kecil di ruangan itu. Ia merasa tertarik melihat ketiga macam benda itu.
Dipecahlah kesunyian itu. “Buat apa ketiga benda ini, wahai Muthi’ah ?”
Siti Muthi’ah tersenyum malu. “Ah, aku malu menceritakannya kepadamu, wahai Fatimah putri Rasulullah.”
“Ceritakanlah, mungkin ketiga benda ini yang menjadi kunci kelebihan akhlakmu yang dikatakan Rasulullah itu.”
Kemudian Siti Muthi’ah mulai menceritakannya, “Engkau tahu, Fatimah, suamiku bekerja keras memeras keringat untuk membiayai kehidupan keluarga kami dari hari ke hari. Oleh karenanya, aku sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu kulihat ia pulang dari bekerja, cepat-cepat kusambut kedatangannya. Kubukakan bajunya dan kulap tubuhnya dengan handuk kecil ini hingga kering. Sesudah kukeringkan tubuhnya, ia berbaring di tempat tidur melepaskan lelahnya. Maka, aku mengambil kipas itu lalu dengan penuh kasih sayang, aku kipasi tubuhnya sampai hilang lelahnya atau ia menjadi tertidur dengan pulas.”
Mendengar penuturan dari Siti Muthi’ah tersebut, Siti Fatimah r.a. berkata, “Sungguh luar biasa akhlakmu, ya Muthi’ah !”, dan ia pun menyadari bahwa dirinya sendiri tidak pernah berbuat hal yang demikian pada suaminya Ali bin Abi Thalib r.a.