Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Petani

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan Pilihan

Empat Sifat Buruk Manusia dan Cara Mudah Membersihkannya

13 April 2023   21:15 Diperbarui: 13 April 2023   21:19 3016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ungkapan bahwa manusia bukanlah malaikat, tidak sekadar candaan. Itu serius, dan memang benar adanya. Manusia juga bukanlah syaithan. Oleh karena itu, menusia tidak selamanya berbuat baik, kadang kala akan melakukan kesalahan, bahkan meskipun ia sudah berusaha sekuat tenaga menahan tidak berbuat salah.

Keniscayaan itu terjadi karena manusia terdiri dari dua unsur yang saling mempengaruhi, yaitu unsur "debu tanah" (unsur bumi) yang dapat mengakibatkan manusia terbelenggu pada derajat yang rendah, dan unsur "ruh ilahi" (unsur langit) yang dapat melambungkan manusia ke atas menuju derajat yang tinggi.

Unsur debu tanah, dapat menurunkan derajat manusia hingga masuk dalam kubangan binatang atau bahkan lebih rendah lagi (nasut). Sedangkan unsur ruh ilahi, dapat mengangkat derajat manusia ke tempat yang tinggi hingga mencapai citra kemalaikatan (malakut).

Menurut kenyataan diatas, jelas setiap manusia mempunyai peluang untuk melakukan kesalahan atau dosa, bahkan tidak ada seorang pun yang terlindung dari dosa.

Dosa adalah suatu keadaan atau kondisi dimana manusia menyalahi hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, yang berupa perintah dan larangan yang harus dipatuhi oleh manusia.

Pendorong manusia melakukan perbuatan dosa karena empat sifat negatif yang dimiliki manusia yaitu: Sifat Rububiyyah (ketuhanan), Sifat Syaithoniyah (syaithon), Sifat Bahimiyah (binatang jinak), dan Sifat Sabu'iyah (binatang buas).

1. Sifat Rububiyyah (ketuhanan). Sifat ini hanya patut dimiliki oleh Dzat Yang Maha Agung, yaitu Allah SWT. Bagi selain Allah, sifat itu wajib dihilangkan. Apabila tetap dikenakan, maka hal itu merupakan dosa besar.

Diantara sifat itu ialah sifat takabur, suka dipuji/disanjung, suka kehidupan yang kekal, tinggi hati dan lainnya. 

Sifat yang demikian melekat pada diri Fir'aun, sehingga ia pernah berkata: "Aku adalah tuhanmu yang tertinggi".  Sifat buruk itu, merupakan pangkal dari berbagai cabang kejahatan yang tergolong dalam dosa besar.

2. Sifat Syaithaniyah (syetan). Sifat ini dapat menimbulkan berbagai macam penyakit hati, seperti: dengki, durhaka, menipu, mengajak kemungkaran, melarang/menghalang-halangi kebaikan, berbuat curang, suka membujuk, munafik, mengajak hal-hal bid'ah serta kesesatan, dan lain sejenisnya.

3. Sifat Bahimiyah (binatang jinak). Dari sifat ini yang muncul dari diri manusia, adalah: sifat loba, tamak, selalu melampiaskan syahwat perut dan kemaluan, berzina, liwath (bersetubuh sesama jenis), mencuri, makan harta anak yatim, menumpuk-numpuk harta dunia, dan lain sejenisnya.

4. Sifat Sabu'iyah (binatang buas). Sifat ini mendorong manusia, menjadi: mudah marah, dengki, menyerang orang lain, memukul, memaki, membunuh, menghamburkan harta dan menjajah hak orang lain dan lain sebagainya.

Keempat sifat diatas merupakan sumber yang menimbulkan berbagai macam kejahatan manusia yang muncul dalam bentuk gerak lahir maupun bathin.

Kejahatan secara lahir adalah perbuatan jahat yang tampak di mata dan telinga, juga secara lisan (pembicaraan), sebagian lagi ada di perut, kemaluan, tangan, kaki dan akhirnya seluruh tubuh sehingga seluruhnya menjadi kotor oleh dosa dan kemaksiatan

Sedang kejahatan secara bathin terbatas di dalam hati saja, misalnya: kufur, kebid'ahan, kemunafikan, menyimpan keburukan terhadap orang lain.

Manusia yang akan diterima oleh Allah SWT nanti hanyalah manusia yang "bersih", manusia yang mempunyai hati yang bersih, sehat, selamat, suci atau disebut qolbun salim, yang tidak terkontaminasi oleh penyakit hati atau dosa. Manusia tidak akan selamat pada Hari Kiamat, kecuali dia yang datang kepada Allah SWT dengan keadaan hati yang bersih. (QS. Asy-Syu'ara: 88-89)

Lantas, bagaimana caranya membersihkan diri ?

Cara untuk membersihkan diri adalah melalui "pintu taubat". Tegasnya taubat menjadi jalan untuk memohon ampunan Allah SWT dan diikuti dengan kembali pada amalan yang sesuai dengan aturan-aturan-Nya. Secara harfiyah taubat berarti rujuk atau kembali, maksudnya kembali pada ketaatan terhadap perintah Allah.

Jadi taubat merupakan jalan yang harus ditempuh oleh orang-orang yang ingin membersihkan dirinya dan ingin mendapat ampunan serta keridhaan Allah SWT, "...bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung" (QS. An-Nur: 31).

Allah SWT. memerintahkan semua orang mukmin untuk bertaubat, dan tidak terkecuali bagi siapapun dia. Walaupun mereka ibadah secara istiqamah, tinggi tingkat derajat ketakwaannya. Jika dia tidak mau melakukan taubat, ia digolongkan kepada orang yang zhalim. Karena tidak mau melakukan taubat berarti tindakan zhalim dan bodoh. (QS. Al-Hujurat: 11).

Apakah taubat seorang hamba akan diterima Allah SWT ?

Allah SWT. berfirman: "Katakanlah, Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Az-Zumar: 53)

Melihat janji Allah, apabila taubat dilakukan dengan benar dan sesuai rukunnya serta terpenuhi syarat-syaratnya, maka taubat pasti diterima. (QS. Asy-Syura:25) juga dalam surah ini (QS. At- Tahrim: 8)

Bila manusia menyimak dan menghayati ayat-ayat diatas tentu akan mendapat kejelasan bahwa siapa yang bertaubat kepada Allah SWT dengan taubatan nashuha (secara sungguh-sungguh) dan menghimpun seluruh syarat taubat sesuai dengan haknya, maka dipastikan taubatnya diterima Allah, seperti kepastian apabila cahaya kebaikan telah datang akan menyirnakan kegelapan, ini sama seperti halnya kegelapan malam yang tidak tahan menghadapi cahaya siang hari. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun