Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.
Kendaraan yang Tidak Pernah Terperosok
Sabar dalam ketaatan beribadah kepada Allah, ini sabarnya seorang hamba Allah yang kuat iman dan keyakinannya. Tingkat kesabaran ini menunjukkan bahwa ketaatan yang dilakukan harus dapat menjadi pendorong untuk meninggalkan kedurhakaan, sehingga kesabaran dalam melaksanakan ketaatan ini setingkat lebih tinggi daripada kesabaran meninggalkan kedurhakaan.
Sabar dalam meninggalkan maksiat ialah sabar dari syahwat yang diharamkan termasuk sabar yang sulit, karena syahwat sangat dominan dikendalikan oleh nafsu yang cenderung menuju kepada keburukan. Oleh karenanya, kesabaran meninggalkan maksiat sama dengan memerangi hawa nafsu.
Sabar dalam menerima musibah. Rasulullah SAW pernah memerintahkan orang-orang Anshar untuk bersabar menghadapi kesulitan ketika ditimpa musibah. Beliau memerintahkan orang yang ditimpa musibah agar melakukan hal yang paling bermanfaat baginya, yaitu sabar dan mencari ridha Allah, karena yang demikian itu akan meringankan musibahnya dan melipat-gandakan pahalanya. Mengeluh dan gundah hati justru membuat musibah itu terasa semakin berat dan menghilangkan pahala.
Ibnu Taimiyah pernah berkata, "Sabar dalam melaksanakan ketaatan lebih baik daripada sabar menjauhi hal-hal yang haram. Karena kemaslahatan melakukan ketaatan lebih disukai Allah daripada kemaslahatan meninggalkan kedurhakaan, dan keburukan tidak taat lebih dibenci Allah daripada keburukan adanya kedurhakaan."
Menurutnya ada tiga jenis lain dari sabar, yaitu:
- Sabar karena pertolongan Allah, artinya mengetahui bahwa kesabaran itu berkat pertolongan Allah dan Allahlah yang memberikan kesabaran.
- Sabar karena Allah, artinya pendorong sabar adalah cinta kepada Allah, mengharapkan Wajah-Nya dan taqarrub kepada-Nya, bukan untuk menampakkan kekuatan jiwa dan ketabahan kepada manusia atau tujuan-tujuan lain.
- Sabar beserta Allah, artinya perjalanan hamba bersama kehendak Allah, yang berkaitan dengan hukum-hukum agama, sabar dalam melaksanakan hukum-hukum itu dan menegakkannya.
Banyak ulama membahas tentang sabar dari berbagai sudut pandang, karena sabar merupakan kendaraan yang aman dan yang mengendarainya akan selamat. Sabar merupakan tempat persinggahan para nabi, rasul, shiddiqin dan orang-orang yang mengamalkan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in.
Ali bin Abu Thalib r.a. berkata, "Sabar ialah kendaraan yang tidak pernah terperosok", ini merupakan suatu kalimat mengenai pengertian sabar yang sederhana, indah serta penuh dengan muatan hikmah. (*)