Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Freelancer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Silaturahmi From Home, Tetap Perlu Perhatikan Etika

1 Mei 2020   20:55 Diperbarui: 1 Mei 2020   20:54 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silaturahmi From Home, Tetap Perlu Perhatikan Etika
Sumber: kompas.com

Sudah satu minggu ini umat muslim menjalankan ibadah puasa Ramadan. Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, situasinya tentulah berbeda dengan bulan puasa di tahun-tahun yang lalu. Jika pada Ramadan sebelumnya umat bisa melaksanakan kegiatan atau ibadah di masjid, maka tahun ini dianjurkan mengadakannya di rumah masing-masing.

Kebiasaan buka puasa bersama juga nyaris tidak ada tahun ini. Kegiatan ini tak sekadar makan-minum untuk mengakhiri waktu puasa. Lebih dari itu, buka puasa bersama menjadi cara masyarakat untuk bersilaturahmi secara tatap muka satu dengan yang lainnya.

Meski tidak bisa bertatap muka secara langsung, silaturahmi tetap bisa dijalankan di masa pandemi ini. Kemajuan teknologi memungkinkan kita bersilaturahmi secara digital. Banyak cara yang bisa kita lakukan, dengan memanfaatkan aplikasi WhatsApp, Facebook, Instagram, atau Twitter untuk berbagi informasi.

Tren yang tengah terjadi saat ini yaitu melakukan telekonferensi bersama dengan aplikasi Zoom. Menggunakan Zoom, kita bisa berbincang dan bertatap muka secara digital dengan teman dan sahabat kita. Aplikasi ini juga dimanfaatkan untuk melakukan rapat bisnis ketika para pekerja dituntut tetap bekerja saat berada di rumah.

Popularitas Zoom melesat sejak berbagai negara di dunia termasuk Indonesia memberlakukan pembatasan, akibat pandemi virus corona. Zoom menjadi alternatif karyawan bekerja dari rumah, dengan menggelar meeting secara daring.

Meski hanya bertemu dan bersilatrurahmi melalui aplikasi digital, kita tetap perlu memerhatikan etika. Layaknya berjumpa secara langsung, ada etika-etika yang tak boleh diabaikan.

Berpakaian secara pantas
Saat melakukan perbincangan melalui video, pakaian yang kita kenakan harus diperhatikan. Pakaian yang menjunjung nilai kesopanan, kerapian, dan fashion akan membuat lawan bicara merasa dihormati.

Tak dipungkiri, ada saja cerita-cerita lucu yang terjadi saat bertelekonferensi di masa Work from Home yang dimulai Maret lalu. Misalnya ada suara anak atau tukang sayur yang terdengar. Atau, ada peserta yang mengenakan pakaian atas resmi, namun bawahan yang dikenakan berupa celana pendek.

Sumber yang kredibel
Di masa pandemi seperti sekarang, informasi banyak menyebar di berbagai platform. Derasnya arus infomasi kadang tidak disertai sumber yang bisa dipercaya. Untuk itu, kita perlu saring sebelum sharing setiap informasi.

Setiap informasi baik berupa teks maupun gambar harus bisa dipertangungjawabkan kebenarannya. Tentu kita ingat kasus meninggalnya warga Iran, Turki, dan negara lainnya, akibat salah informasi tentang obat Corona. Hal ini bisa terjadi karena informasi yang belum tentu benar disebarluaskan melalui jejaring media sosial.

Hindari bercanda berlebihan
Bercanda itu ada baiknya, untuk meredakan ketegangan atau stress. Namun bercanda juga tidak boleh berlebihan, serta ada batas-batas yang perlu diperhatikan. Hindari bercanda yang menyinggung SARA, atau sebutan yang tidak etis seperti kampret, cebong, dan sebagainya.

Masih banyak etika lainnya yang perlu dijunjung tinggi. Seperti tidak memfitnah, melakukan provokasi, menghina, dan sebagainya.

Jika kita memerhatikan etika tersebut, maka silaturahmi from home yang dilakukan akan memberi manfaat. Hubungan antarteman, sahabat, dan keluarga tetap terjaga dengan baik, meski kita tak bisa bersua secara langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun