Dani Ramdani
Dani Ramdani Lainnya

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jangan Bahas Topik Obrolan Ini saat Lebaran

29 April 2022   22:43 Diperbarui: 29 April 2022   22:47 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Bahas Topik Obrolan Ini saat Lebaran
Ilustrasi kumpul keluarga saat lebaran. | Source: KOMPAS.COM

Lebaran merupakan momen yang pas untuk berkumpul dengan keluarga. Tentu momen ini menjadi ajang silaturahmi. Apalagi, momen bertemu keluarga tidak setiap hari.

Tentu tak hanya berkumpul semata, akan tetapi canda dan tawa kerap mewarnai momen hari raya. Inilah kenikmatan hari raya yang lazim kita dapatkan.

Meski begitu, tidak semua topik obrolan harus dibahas. Ada beberapa topik obrolan yang sebaiknya tidak usah dibahas, terutama menyangkut masalah pribadi.

Nah, ada beberapa topik obrolan yang sebaiknya tidak dibahas saat lebaran.

Pernikahan

Sudah menjadi rahasia umum, lebaran tak hanya menjadi ajang silaturahmi saja. Akan tetapi, dalam setiap perkumpulan keluarga ada saja yang membahas topik ini.

Apalagi jika saudara sebaya sudah menikah. Maka pertanyaan kapan menikah akan menghujam bertubi-tubi. Pertanyaan itu sekilas bercanda, tapi sebetulnya pertanyaan itu terlalu mengarah ke ranah privat.

Tentunya setiap orang enggan jika harus ditanya soal ini. Apalagi jika saudara sudah memiliki pasangan dan memiliki anak. Seakan-akan itu menjadi standar yang harus kita penuhi.

Sayangnya, kebanyakan masyarakat kita tidak bisa membedakan mana urusan privat dan publik. Pernikahan jelas urusan privat dan sepatutnya jangan terlalu disinggung.

Meski terkesan sepela, pertanyaan itu jelas memberi tekanan pada seseorang. Apalagi jika umur sudah dianggap matang tapi masih betah melajang, maka siap-siaplah dengan petanyaan itu.

Tak hanya soal menikah, saya sendiri memiliki pengalaman pribadi. Saudara saya yang umurnya masih di bawah saya, membawa pasangannya untuk ikut lebaran.

Maka, semua orang langsung tertuju pada saya mengapa tidak membawa pasangan. Jujur, saya risih dengan pertanyaan itu. Kita seakan-akan dituntut untuk memenuhi norma sosial tersebut.

Di dalam masyarakat seakan tercipta satu standar. Jika umur sekian harus menikah, umur sekian punya anak dan sebagainya. Dan kita dituntut untuk memenuhi hal itu.

Padahal kita tidak terikat dengan hal di atas. Urusan menikah atau melajang jelas pilihan yang ditentukan pribadi. Bukan kewajiban kita juga harus memenuhi tuntutan tersebut.

Kapan Punya Anak

Jangan harap setelah menikah akan bebas dari pertanyaan yang tak penting. Setelah menikah, masih ada pertanyaan yang harus kita jawab, yaitu kapan punya anak.

Ini pun masuk ke dalam ranah privat. Hak setiap pasangan untuk menunda atau memilih waktu yang tepat untuk memiliki anak, bahkan chidlfree sekalipun.

Hanya saja, kita seolah-olah dituntut untuk memenuhi standar di atas. Padahal memiliki anak perlu kesiapan yang pas. Baik dari sisi finansial maupun mental.

Jadi, keputusan seseorang untuk memiliki anak atau tidak jelas bukan urusan kita. Masyarakat kitalah yang terlalu ikut campur dengan urusan pribadi seseorang.

Seharusnya kita bisa membedakan mana ranah privat dan ranah publik. Perihal rumah tangga jelas ranah privat dan tak elok jika harus ada pihak luar yang ikut campur.

Hanya saja, kesadaran masyarakat kita akan hal ini masih kurang. Pertanyaan sepele itu dianggap wajar, padahal bagi penerima pertanyaan sangat mengganggu.

Kapan Lulus

Sepertinya, masyarakat kita memang asyik masuk ke dalam kehidupan pribadi seseorang. Momen horor pun kerap ditemui bagi mahasiswa yang belum lulus.

Apalagi jika sudah semester akhir. Maka pertanyaan kapan lulus akan datang terus menerus. Memang hal itu sepele, tapi untuk bisa lulus tentu tidak mudah.

Pertanyaan itu hanya memberi tekanan mental saja dan tidak menyelesaikan masalah sama sekali. Apalagi di kampus terdapat banyak masalah yang belum selesai.

Maka pertanyaan kapan lulus hanya menambah beban saja. Untuk itu, pertanyaan ini sebaiknya hindari karena fase ini merupakan fase yang cukup berat bagi mahasiswa.

Belum lagi jika ada mata kuliah yang harus diulang. Tentu ini menjadi hambatan yang harus dilalui, dan tentu tidak semua orang paham dengan kondisi ini.

Kapan Kerja

Setelah lulus, masih ada lagi pertanyaan yang harus kita jawab, yaitu kapan kerja. Apalagi jika saudara yang lain bagi-bagi THR dan kita masih tunapekerjaan.

Tentu mental kita akan tertampar melihat kondisi itu, ditambah lagi pertanyaan yang datang sangat tidak membantu. Sebagai lulusan baru, tentu gampang-gampang susah dalam mendapatkan pekerjaan.

Realitanya tidak semua fresh graduate langsung mendapat pekerjaan. Ada yang menganggur dulu, ada juga yang langsung kerja. Tentu tidak semuanya bisa langsung mendapat pekerjaan.

Di luar sana, kita harus bersaing dengan orang lain yang ingin bekerja. Tentu tidak mudah, butuh perjuangan ekstra. Jadi, jika ada yang sudah lulus dan belum bekerja, dia bukan pemalas.

Dia sudah berusaha semaksimal mungkin hanya saja rezeki belum datang. Jadi, daripada menanyakan hal itu, lebih baik memberi solusi atau chanel pekerjaan.

Pertanyaan kapan kerja hanya menambah beban mental saja. Dan tentu pertanyaan itu sangat tidak ramah untuk ditanyakan.

Jadi, itulah empat topik obrolan yang harus kita hindari saat lebaran. Terdengar sepele, tapi setiap pertanyaan itu akan memberi teknan mental.

Percayalah, topik di atas sangat tidak ramah untuk dibahas saat lebaran apalagi menjadi bahan candaan. Sebaiknya topik di atas hindari agar momen lebaran menjadi lebih bahagia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun