Mudik, Rindu yang Harus Dituntaskan dan Budaya (Bukan) Pamer
Demikian pula pertemuan dengan saudara dan keponakan serta kerabat bisa mempererat ikatan persaudaraan. Dalam ideal masyarakat Jawa, hubungan dengan keluarga besar dan kerabat tidak baik kalau sampai "kepaten obor". Maksud ungkapan tersebut adalah terputusnya ikatan persaudaraan dan kekerabatan karena sudah tidak pernah terjadinya komunikasi dan silaturahmi.
Kepaten obor banyak terjadi ketika orang tua yang memiliki ikatan kerabat dengan keluarga yang lain sudah meninggal dan anak-anak mereka sudah tidak saling mengenal sehingga tidak ada lagi silaturahmi. Biasanya ini terjadi dengan kerabat yang berasal dari kakek dan nenek. Apalagi jumlah kerabatnya banyak, sulit bagi generasi muda untuk menjalin silaturahmi karena mereka juga tidak pernah kenal sebelumnya.
Ketika kita datang ke rumah kerabat di desa-desa lain, mereka sangat senang, bahagia, dan terharu. Itu terjadi karena masih ada upaya untuk membangun silaturahmi, meskipun hanya setahun sekali. Dengan silaturahmi itulah, orang tua memperkenalkan-kembali anak-anak, karena bisa jadi para kerabat itu sudah lupa.
Bagi mereka yang memiliki keluarga besar dan kerabat cukup banyak, biasanya akan menyelenggarakan temu keluarga setiap kali lebaran.
Dalam temu keluarga itulah akan muncul banyak perbincangan tentang keluarga masing-masing, dari urusan sekolah anak, pekerjaan, tempat tinggal, dan lain-lain.
Mobil dan sepeda motor dengan plat nomor kota A, B, C dan yang lain berjajar. Apakah itu bisa dianggap pamer? Sah-sah saja ada yang beranggapan demikian. Tidak mungkin kita bisa menyeragamkan pendapat.
Namun, kalau kita baca dalam perspektif lain, seringkali kehadiran mobil dianggap sebagai tanda keberhasilan dan kesuksesan. Hal itu sangat wajar karena mobil bagi warga desa merupakan barang mewah. Harga ratusan juta menjadi ukuran kemewahan. Maka, ketika ada kerabat yang bisa membeli mobil dan dibawa pulang ketika mudik dianggap pekerjaannya sukses.
Tentu, keberhasilan itu merupakan sesuatu yang membanggakan kerabat. Lebih dari itu, bisa menjadi semangat bagi kerabat lain, khususnya bagi mereka yang merintis karir/pekerjaan ataupun menempuh pendidikan.
Dari peristiwa tersebut kita bisa melihat betapa tradisi mudik bagi keluarga dan kerabat bisa menjadi semangat untuk menjalani kehidupan secara optimis dan berusaha keras agar bisa mencapai keberhasilan.
Selain budaya di atas, acara reuni/temu kangen SMP atau SMA tidak kalah serunya ketika mudik. Meskipun ada beberapa cerita tentang dampak negatif reuni, toh itu semua kembali kepada diri masing-masing. Reuni menjadi peristiwa kultural yang cukup membahagiakan.
Content Competition Selengkapnya
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!