Prepekan, Belanja Menjelang Lebaran dan Geliat Ekonomi Desa
Namun, kita juga tidak bisa melarang warga muslim merayakan kemenangan dalam gaya dan bahasa mereka. Tidak ada yang salah dengan menyuguhkan makanan terbaik untuk keluarga dan kerabat, karena itu merupakan bentuk penghormatan terhadap mereka yang bersilaturahmi, apalagi yang sudah lama tidak berjumpa. Toh, makanan yang dihidangkan akan disesuaikan dengan kekuatan ekonomi masing-masing keluarga.
Jadi, yang dimaksudkan makanan terbaik tidak harus dimaknai mahal. Warga desa bisa mengukur kepatutan ekonomi dan kesesuaian makanan istimewa yang bisa mereka hidangkan. Sementara, bagi mereka yang kurang mampu, panitia amil zakat sudah memberikan jatah beras atau uang yang bisa digunakan untuk memasak hidangan sesuai dengan kebutuhan keluarga mereka.
Begitupula tentang pakaian. Warga pasti sudah bisa mengukur harus membeli pakaian harga berapa. Tidak harus memaksakan untuk membeli pakaian dengan harga mahal kalau tidak cukup uang. Pakaian bagus dan pantas tidak harus berharga mahal. Manusia-manusia desa sudah lama bersiasat untuk memenuhi kebutuhan lebaran dengan menyesuaikan kekuatan finansial mereka.
Bagi warga yang kurang mampu, biasanya akan diberi pakaian oleh warga lain yang secara ekonomi mampu. Inilah mekanisme perayaan yang tetap mengedepankan nilai luhur hablum minanas.
Dari tradisi prepekan kita jadi tahu bagaimana warga muslim di desa memaknai perayaan Idulfitri dengan riang gembira. Apa yang perlu diingatkan secara terus-menerus oleh para guru ngaji di desa adalah menghindari hutang berlebih untuk memenuhi kebutuhan makanan-minuman dan pakaian selama merayakan lebaran.
Karena besarnya hutang akan menjadikan kegembiraan dalam merayakan hari yang fitri tercampuri perasaan khawatir akan hutang.
Di sinilah, para warga muslim yang lebih mampu dituntut untuk mengembangkan "tauhid sosial", mengimplementasikan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT dengan membantu umat yang membutuhkan secara ekonomi.
GELIAT EKONOMI DESA
Penuh sesaknya pasar kecamatan di Lamongan dengan warga yang hendak berbelanja menandakan geliat ekonomi desa yang tidak bisa dianggap remeh.
Kemampuan warga desa untuk membeli kebutuhan lebaran merupakan sinyal bahwa kondisi ekonomi mereka sedang baik. Bagusnya hasil pertanian seperti padi dan hasil perikanan seperti ikan laut dan ikan tambak tahun ini menjadikan mereka memiliki tabungan yang bisa digunakan untuk transaksi ekonomi.
Begitupula dengan kedatangan warga yang bekerja para penjual soto dan pecel lele Lamongan di kota-kota besar Indonesia atau yang berprofesi lain tidak bisa diremehkan kontribusinya.