Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Dosen

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Ngabuburit ke Tempat Bersejarah, Sebuah Alternatif

25 Maret 2023   13:19 Diperbarui: 26 Maret 2023   23:10 4156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngabuburit ke Tempat Bersejarah, Sebuah Alternatif
Candi Deres dari depan. Dokumentasi penulis

Puasa hari pertama, putra kedua saya yang duduk di bangku kelas 3 SD, mengajak ngabuburit, menunggu waktu berbuka. Kalau pada puasa tahun kemarin saya mengajaknya berkeliling di kawasan dekat kota Jember, puasa hari pertama tahun ini saya mengajaknya mengunjungi sebuah situs peninggalan sejarah di kawasan selatan Jember yang tidak jauh dari tempat tinggal nenek-kakeknya.

Kami memilih ngabuburit di situs Candi Deres yang terletak di Desa Purwosari, Kecamatan Gumukmas, Jember. 

Candi Deres merupakan candi peninggalan zaman Majapahit ketika dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk. Meskipun candi ini sudah rusak parah, tetapi tumpukan batu bata merah besar khas Majapahit masih lumayan banyak.  

Di tengah-tengah mengamati reruntuhan candi itulah saya menjelaskan kepada anak dan istri sejarah singkat Candi Deres. 

Menurut beberapa informasi, candi ini dibangun ketika Hayam Wuruk melakukan tirtayantra, perjalanan panjang ke arah Jawa bagian timur. Salah satu rute yang disinggahi adalah kawasan selatan Jember. 

Mengenal Candi Deres

Menurut Hadi (2019), candi yang terletak di sebuah bukit kecil ini dicatat dalam Notulen van de Algemeene en Directievergaderingen van  Het Bataviaasch Genootschap van Kunsten and Wetenschappen (1900). Dalam laporan tersebut, Candi Deres juga disebut Tjandi Retja (Candi Reco). Mengapa disebut demikian? 

Candi Deres alias Tjandi Retja pada tahun 1904. Sumber: Online Collection Leiden University Libraries
Candi Deres alias Tjandi Retja pada tahun 1904. Sumber: Online Collection Leiden University Libraries
Menurut laporan  N. J. Krom dalam bukunya Inleiding Tot De Hindoe -- Javaansche Kunst (1920), di kawasan candi ini terdapat reco (patung) Durga bersenjata empat dan beberapa patung lainnya. Patung Durga dikirim ke museum di Batavia (sekarang menjadi koleksi dari Museum Nasional Jakarta). 

Sementara, beberapa patung lain dan relief candi di impan di Gudang Penyimpanan Benda Cagar Budaya Kabupaten Jember yang terletak lokasi Kantor Pendidikan Nasional (Diknas) Jember.  

Berdasarkan foto yang dibuat sekira tahun 1904, kondisi candi masih relatif utuh, berdiri. Sayangnya, kondisinya saat ini sudah rusak parah. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan tersebut. 

Pertama, faktor musim dan lingkungan. Pergantian musim hujan dan kemarau menjadikan bangunan candi yang tak terawat sejak dulu itu mudah lapuk. Struktur batu bata mudah runtuh. Selain itu, tumbuhnya beberapa pohon di sela-sela batu-bata candi ikut merusak susunan candi. Batang dan akar akan memudahkan susunan batu bata mudah runtuh.

Pohon beringin tumbuh di tengah-tengah Candi Deres. Dokumentasi penulis
Pohon beringin tumbuh di tengah-tengah Candi Deres. Dokumentasi penulis
Kedua, faktor manusia. Sungguh menyedihkan, pasca tragedi G 30 S 1965, terjadi pengrusakan candi oleh kelompok masyarakat yang menganggap Candi Deres seringkali digunakan untuk melakukan ritual. Mereka menganggap ritual tersebut wujud tradisi syirik. Maka, mereka pun menghancurkan candi. Modus seperti ini juga banyak terjadi di kawasan lain. 

Kepada putra dan istri, saya mengatakan bahwa sentimen karena ketidaktahuan dan kebencian terhadap tradisi yang berbeda dari tradisi agama yang umum merupakan faktor yang bisa memunculkan naluri destruktif, bahkan terhadap bangunan bersejarah yang memiliki nilai penting dalam penyelidikan masa lalu Majapahit. 

Tumpukan batu bata yang sebagian besar terpotong. Dokumentasi penulis
Tumpukan batu bata yang sebagian besar terpotong. Dokumentasi penulis
Selain itu, mereka yang merusak candi mengidentikkan praktik ritual dengan ideologi komunis yang dikatakan tidak mengakui Tuhan, ateis. Padahal, komunisme tidak sama dengan ateisme. Banyak warga yang menjadi anggota PKI ataupun simpatisan PKI adalah orang-orang yang beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing. 

Selain itu, faktor manusia yang lain adalah tindakan sebagian kecil warga yang mengambil batu bata dari Candi Deres untuk membuat bangunan serta adanya tindakan pencurian oleh pencuri barang antik. Tindakan seperti itu juga banyak menimpa situs purbakala atau peninggalan kerajaan di wilayah lain. Dampaknya, bangsa ini kehilangan harta peradaban yang tak ternilai harganya.

Padahal, dari keberadaan Candi Deres dan peninggalan-peninggalan lain di kawasan Jember dan sekitarnya, anak-anak dan generasi muda bisa belajar banyak hal. Mereka bisa belajar peristiwa sejarah yang mengubungan wilayah dan masyarakat di Jember dengan kebesaran kerajaan Mapajahit. 

Struktur batu bata di bawah akar pohon. Dokumentasi penulis
Struktur batu bata di bawah akar pohon. Dokumentasi penulis
Candi Deres diduga menjadi persinggahan Hayam Wuruk ketika berjalan dari Lumajang menuju Puger. Pada masa lalu, Candi Deres terletak di kawasan Menampu (Puger). Dalam perkembangannya, Candi Deres secara administratif termasuk Desa Purwosari, terpisah dari Desa Menampu, tetapi keduanya masuk wilayah Kecamatan Gumukmas.

Tidak mungkin Raja Hayam Wuruk da berkunjung ke kawasan timur Jawa kalau wilayah ini tidak menyimpan kekuatan yang luar biasa. Dalam catatan Negarakertagama, di kawasan ini Hayam Wuruk melewati beberapa desa seperti Desa Sadeng dan Sarampwan  (Puger), Desa Balung, Kotta Blater (Ambulu), Desa Kotta Bacok (Watu Ulo/Ambulu), Desa Renes (Wirowongso/Jember), serta Desa Besini (Puger). 

Batu bata yang sudah rusak dan strukur dasar candi yang rapuh menyulitkan untuk pemugaran dan rekonstruksi. Dokumen penulis. 
Batu bata yang sudah rusak dan strukur dasar candi yang rapuh menyulitkan untuk pemugaran dan rekonstruksi. Dokumen penulis. 
Kawasan timur Jawa yang sangat subur dan keberadaan desa-desa yang menjadi wilayah Majapahit merupakan kekuatan strategis yang harus dirawat agar tidak melakukan pemberontakan. Itulah mengapa Hayam Wuruk perlu melakukan muhibah ke wilayah yang sekarang menjadi beberapa kabupaten tersebut, yakni Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo. 

Selain itu, kawasan Candi Deres sejatinya bisa dikembangkan menjadi destinasi pariwisata sejarah yang merupakan wisata minat khusus. Seandainya bentuk candi masih relatif bagus, tentu banyak siswa dan mahasiswa yang bisa diajak berkunjung di mana mereka juga bisa mendapatkan informasi sejarah, budaya, dan pengetahuan. 

Budaya dan pengetahuan bisa dikenalkan melalui model bangunan candi dan bahan batu bata yang sangat khas. Para pengunjung bisa diajak membayangkan dan memikirkan kehebatan para ilmuwan, seniman, dan teknokrat di masa Majapahit yang mampu membangun candi berbahan batu-bata dengan karakteristik lokal seperti patung dan relief. 

Batu bata menjadi saksi berdirinya Candi Deres. Dokumentasi penulis
Batu bata menjadi saksi berdirinya Candi Deres. Dokumentasi penulis
Dengan mengetahui kehebatan tersebut, diharapkan anak-anak dan generasi muda tidak minder karena mereka memiliki pendahulu yang luar biasa dalam pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan. Harapannya, sebagaimana saya sampaikan kepada anak saya, anak-anak dan generasi muda harus menumbuhkan semangat dalam belajar pengetahuan dan teknologi. 

Ngabuburit sekaligus Belajar

Saya selalu meyakini bahwa bejalar yang menyenangkan akan berdampak sangat baik kepada anak-anak. Mereka tidak pernah merasa dipaksa untuk belajar dengan metode pembelajaran di ruang kelas. Momen ngabuburit bisa kita manfaatkan untuk melakukan proses pembelajaran secara lebih lentur. 

Pemberian informasi dengan cara santai sambil mengamati batu bata dan pohon yang tumbuh di antara mereka setidaknya menjadikan putra kedua saya tertarik untuk menanyakan hal-hal yang menurutnya perlu diperdalam lagi. Ketertarikan tersebut karena penjelasan langsung berhadapan dengan material candi yang tentu menjadi hal baru baginya. 

Ngabuburit sambil belajar di Candi Deres. Dokumentasi penulis
Ngabuburit sambil belajar di Candi Deres. Dokumentasi penulis

Dari model interaksi dan observasi tersebut proses pembelajaran akan mengalir, tanpa menghadirkan banyak tuntutan kepada anak. Para pendidik tinggal mengembangkannya dengan memberikan pertanyaan sederhana kepada para peserta didik. 

Ngabuburit, bagi saya, bisa dimanfaatkan untuk mengajak anak-anak dan anggota keluar lain untuk mendapatkan banyak informasi sekaligus berbahagia menunggu saat berbuka puasa. 

Situs sejarah menjadi salah satu rekomendasi karena mereka bisa menambah wawasan dan pengetahuan untuk melengkapi apa-apa yang mereka peroleh di sekolah. 

Pohon beringin yang dibiarkan membesar menjadikan Candi Deres berantakan. Dokumentasi penulis
Pohon beringin yang dibiarkan membesar menjadikan Candi Deres berantakan. Dokumentasi penulis

Dengan cara demikian, ngabuburit bukan semata-mata menjadi kegiatan untuk menghibur diri sembari mengabaikan rasa haus dan lapar menjelang buka puasa. Lebih dari itu, ngabuburit juga bisa menjadi momen untuk melaksanakan perintah Tuhan, "memperoleh dan memperjuangan ilmu pengetahuan." 

Tentu, Tuhan tidak membatasi hanya pada ilmu agama. Perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan juga berupa ilmu-ilmu lain yang bisa bermanfaat untuk kehidupan manusia, masyarakat, dan bangsa selain memperdalam keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Rujukan

Hadi, Y. Setiyo. (2019). Riwayat Penemuan Candi Deres / Candi Retja. Jember: Boemi Poeger. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

04 March 2025
SEDANG BERLANGSUNG
Cerita Kocak Pas Sahur
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 2 
05 March 2025
Puasa Jalan Terus, Produktivitas Jangan Tergerus
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 3
06 March 2025

MYSTERY TOPIC

Mystery Topic 1
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 4
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Cara Seru Nunggu Bedug di Ketemu Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun