perempuan cerdas tidak hanya harus berpendidikan namun juga mampu menggunakan logika dan rasionalitas dalam menyingkapi sebuah isu. Broaden knowledge and be critical
Nostalgia, Warna-Warni Ramadan di Masa Kecil
Setibanya di rumah, tengok kanan kiri, berjalan mengendap-endap menuju kulkas. Diam-diam mengambil botol air putih dingin atau mencicipi makanan yang disimpan untuk berbuka. Setelah itu, berpura-pura masih puasa. Saat waktu berbuka, tanpa rasa bersalah ikut bersantap juga bersama keluarga. Suasana menegangkan seperti ini kerap kita alami.
Main Petasan dan Kembang Api
Saat bulan Ramadan banyak penjual kembang api dan petasan yang menjual dagangannya di pinggir-pinggir jalan. Ketika ngabuburit berburu takjil, melihat banyaknya penjual petasan tidak jarang kita meminta orang tua untuk membelikan kembang api sekaligus petasan. Bahkan sampai merengek-rengek, menangis di atas motor memaksa dibelikan petasan.
Setelah dibelikan, oleh orang tua kita diminta menyalakan pada malam hari. Saking tidak sabarnya, kita akan selalu menanyakan jam. Itulah bentuk ketidaksabaran kita sebagai anak-anak kala itu, inginnya segera dinyalakan bersama saudara, teman-teman yang ada di rumah.
Makan Sambil Tidur
Siapa yang susah dibangunkan subuh ketika masih anak-anak? Saya kira hampir sebagian besar anak-anak sulit dibangunkan untuk sahur. Masih mengantuk adalah alasan yang sering dilontarkan. Bahkan terkadang harus digendong ke meja makan karena malas menggerakkan tubuh.
Mau tidak mau, makan pun harus dengan mata setengah terpejam. Kejadian ini pun mengundang tawa keluarga yang tengah berkumpul di meja makan. Padahal jika sekarang kita pikirkan lagi, kenapa harus susah bangun padahal hanya diminta untuk menyantap makanan yang tersaji di meja makan.
Menonton Sinetron "Lorong Waktu"