Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Rantang, Produk Jadul yang Sesungguhnya Meminimalisasi Penggunaan Plastik

10 Mei 2019   05:24 Diperbarui: 10 Mei 2019   05:57 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rantang, Produk Jadul yang Sesungguhnya Meminimalisasi Penggunaan Plastik
Rantang dua susun warisan ibu

"Sana bawa rantang biar praktis. Enggak usah dibungkus-bungkus plastik. Ribet bukanya." 

Petuah ibu puluhan tahun silam saat saya masih ABG. 

"Malu ah, Bu. Kayak orang jaman dulu aja nenteng-nenteng rantang."

Sanggahan saya ketika belum mengerti tentang dampak buruk penggunaan plastik.

Ketika kini efek buruk penggunaan plastik sudah nyata-nyata diketahui dan terlihat dampaknya. Mulailah orang gencar melarang penggunaan plastik. 

Padahal ibu saya dan orang tua jaman dulu tanpa mereka sadari bisa disebut sebagai aktivis lingkungan loh! Karena begitu seringnya menyuruh anak-anak membawa rantang saat membeli makanan matang. 

Memakai rantang untuk tempat makanan saat berkunjung ke rumah nenek atau sanak saudara lainnya. Bahkan saat memberi makanan kepada tetangga sekitar.

Meski saat itu dengan alasan kepraktisan. Biar tidak ribet membuka-buka bungkus makanannya. Sesungguhnya apa yang mereka lakukan merupakan gerakan cinta lingkungan anti plastik.

Seiring perkembangan jaman. Orang mengganti tempat makanannya dengan produk Tupperware. Rantang sudah dianggap barang jadul alias kuno.

Saya pribadi juga pengguna produk tersebut. Tetapi harga Tupperware yang tidak murah, sebanding dengan kualitas barangnya. Membuat saya berhati-hati kalau ingin memberi makanan ke orang lain dengan menggunakan  Tupperware. Baik kepada teman atau tetangga. Bahkan kerabat dekat.

Saya khawatir hilang atau lupa si penerima makanannya. Karena seringnya seperti itu. Jika ditanyakan, "Tupperware saya mana ya? " jawabannya beragam. "Duh, lupa saya? Nanti deh dicari lagi." Ujung-ujungnya Tupperware saya tak kembali.

Sejak itu saya sayang-sayang kalau ingin menggunakan Tupperware.  Begitu melihat beberapa rantang yang tersusun di dalam lemari. Terpikirlah untuk menggunakannya kembali. 

Rantang memiliki ukuran dan jenis yang berbeda. Ada yang susun dua, tiga, empat bahkan lima. 

Jika hanya membeli sedikit makanan. Maka rantang dua susun yang saya pergunakan. Terutama di bulan Ramadhan seperti ini. Jika lebih banyak dan bervariasi jenis makanan yang dibeli. Rantang lima susun pun siap saya tenteng.

Apa tidak malu? Gini hari nenteng-nenteng rantang. Oh, tentu tidak. Saya justru merasa bangga menenteng rantang saat membeli makanan. Ini bentuk kepedulian saya dalam mengurangi penggunaan plastik. 

Di jalan ada loh yang berkomentar positif. Entah tulus atau sekedar basa-basi, saya tak tahu. Intinya orang tersebut tertarik memiliki rantang seperti kepunyaan saya ini.

"Aih, asyik banget punya rantang begitu. Enak dipakai membeli makanan matang. Dulu ibu saya juga punya. Sekarang entah kemana. Sepertinya sudah dikasihkan orang. Kayaknya saya pingin punya lagi deh." 

Wah, semoga saja benar ucapan orang tersebut. Setidaknya bisa berkurang lagi pengguna plastik di dunia ini. Saya jadi semakin senang nih menenteng rantang kemana-mana. Kampanye anti plastik secara tak langsung. 

Masih adakah rantang seperti ini di rumah Anda? Silakan cek kembali lemari perabot Anda. (EP).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun