Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.
"Connecting Happiness" Dalam Sekeranjang Telur
Kembali ke soal telur tadi. Kebetulan saya membeli telurnya dari kawan yang seorang agen telur. Sehingga saya bisa mendapatkan harga miring. Telurnya pun diantarkan ke rumah. Jadi simbiosis mutualismelah. Saling menguntungkan.
Stok telur yang lebih dari cukup, membuat saya berinisiatif untuk berbagi telur kepada mereka yang membutuhkan. Maka begitulah. Secara berkala saya kirim keranjang-keranjang berisi telur kepada mereka.
Hanya itu? Tidak juga. Jika ada rezeki berlebih saya sisipkan beberapa bumbu masak siap saji. Seperti bumbu nasi goreng. Dengan demikian harapan saya mereka bisa mengolah telur yang didapat untuk membuat makanan yang bervariasi.
"Makan nasi sama mie instan tiap hari bisa kambuh maag gue?" keluh seorang kawan yang membuat saya senyum-senyum. Iya juga sih.
"Bukannya enggak bersyukur dapat bantuan ye? Tapi kebutuhan kita kan bukan makan doang ya? Pinginnya sih ada amplopnya gitu. Biar bisa dimanfaatkan untuk yang lain."
Hmmmm, masuk akal juga keluhan mereka. Kalau tabungan saya tak berseri alias sudah tak terhitung. Tinggal tarik saja. Mungkin keinginan kalian bisa terwujud kawan. Sayang tidak demikian.
Jadi hanya ini aksi sedekah yang bisa saya lakukan. Sekeranjang telur to be connecting happiness. (EP)